Dark
Light
Dark
Light

Self-Blame dan Objektifikasi dalam Lagu Bernadya

Self-Blame dan Objektifikasi dalam Lagu Bernadya

Bernadya, pemilik suara merdu yang lagu-lagunya hampir serupa hymne “patah hati nasional”. Lirik-liriknya memenuhi telinga banyak orang, membanjiri sekolah, rumah makan, coffee shop, kamar kost, hingga dapur. Albumnya dinikmati bukan hanya oleh kalangan dewasa, tapi juga remaja hingga anak-anak.

Apa Mungkin (2023) dan Kata Mereka Ini Berlebihan (2024) mendapat pendengar di Spotify lebih dari 160 juta orang. Lagu itu berkisah tentang kekhawatiran seorang atas dirinya sendiri dan obsesi dalam mencintai seseorang.

Siapa laki-laki yang membuatmu galau, Bernadya? Mengapa dalam lirik Apa Mungkin (2023) kau terdengar overthinking? Mengapa ketika ditinggalkan seseorang kau malah menyalahkan diri sendiri? Bukankah orang itu yang harusnya disalahkan, karena tidak punya rasa tanggung jawab untuk sekadar pamit sebelum pergi?

Self-blame atau menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungan, terjadi ketika seseorang tidak dapat menerima kegagalan dan merasa bahwa hal tersebut adalah tanggung jawabnya. Sikap itu dapat menimbulkan stres hingga depresi.

Lirik Apa Mungkin (2023) mengarah pada hal demikian: Arungi malam/ Terjaga kala semua t’lah terbenam/ Berkaca, bertanya, apa ku buat salah? Kalaupun iya, apa?/Apa mungkin cara ku bicara/Apa mungkin caraku tertawa/ Apa mungkin dengkurku saat tertidur lelap?

Epictetus pernah mengatakan: “Ada hal-hal di bawah kendali (tergantung pada kita) dan ada hal-hal yang tidak di bawah kendali (tidak tergantung pada kita)”. Henry Manampiring dalam Filosofi Teras (2019) menjelaskan bahwa hal-hal yang ada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat. Hal-hal  yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. 

Patah hati adalah hal yang berada di luar kendali diri. Kondisi itu mengisahkan sebelah pihak tidak menginginkan hubungan berlanjut atau cinta yang tidak terbalas. Meski tidak mudah untuk diterima, akan lebih baik memisahkan ranah dibawah kendali diri dan orang lain. Mencintai adalah ranah kendali kita, soal apakah terbalaskan atau tidak, berada di luar kendali. Memaksakan hal-hal dil uar kendali sama dengan menyerahkan kebahagiaan dan kedamaian hidup ke pihak lain.

 

Lalu dalam lirik lagu Kata Mereka Ini Berlebihan (2024), mengapa sampai harus kehilangan diri sendiri demi cinta orang lain, Bernadya? Mengapa mrnormalisasikan objektifikasi dalam relasi percintaan?

Objektifikasi adalah sebuah kondisi ketika seseorang diperlakukan atau memperlakukan diri bukan sebagai individu dengan perasaan, kepribadian, dan hak-hak yang utuh, melainkan hanya sebagai objek atau alat untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tertentu dari pasangannya.

Kata Mereka Ini Berlebihan (2024) mengarah pada hal demikian: Ku tak pernah ikat rambutku lagi semenjak kau bilang/ Rambutku indah bila terurai panjang/Baju hitamku tak pernah ku sentuh lagi sejak hari itu/ Kau bilang warna gelap membosankan? Ingin sempurna di matamu? Hanya itu yang aku mau.

Simone de Beauvoir dalam buku berjudul Second Sex (1949) memaparkan dikotomi pandangan antara perempuan dan laki-laki dalam memandang relasi percintaan. Cinta bagi perempuan kerap dipahami sebagai kesetiaan, penyerahan total akan tubuh dan jiwa, tanpa pamrih, tanpa harapan mendapat imbalan apapun. Sementara bagi laki-laki, jika ia mencintai seseorang perempuan, apa yang ia inginkan hanyalah cinta dari perempuan.

Pandangan itu tentu terjadi karena konstruk masyarakat, seperti yang pernah dikatakan Beauvoir dalam salah satu tulisannya: Seseorang tidak dilahirkan, melainkan menjadi seorang perempuan. Perempuan tidak hadir, melainkan dibentuk oleh masyarakat patriarkis. Tidak ada takdir biologis, psikis, atau ekonomi yang menentukan perempuan. Yang menjadi permasalahan adalah ketika salah satu pihak tanpa sadar diobjektifikasi atau mengobjektifikasi diri demi yang lain.

Ada banyak kisah dengan mengangkat seputar relasi hubungan. Tapi, sikap yang diambil bisa menjadi antitesis dari pandangan yang diambil Bernadya melalui lirik-liriknya. Cerita itu terekam dalam memoar, film dan novel.

 

Gadis Arifia melalui tulisannya bertajuk Toeti Heraty: Kupu-Kupu dalam Sinar Matahari dalam Jurnal Perempuan (14/6/2021) menceritakan kisah cinta pertama dari tokoh raksasa di Indonesia, Toeti Heraty. Gadis menceritakan Toeti pernah berpisah dengan kekasihnya lantaran ada jurang perbedaan yang amat besar antara keduanya.

Toeti memandang cinta dengan sangat rasional ketika dihadapkan pada situasi yang pelik. Ia mampu mengambil keputusan realistis di hadapan perasaan yang melankolis, yaitu memilih berpisah dan pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi ketimbang hanyut dalam perasaan. Terbukti, keputusan berani itu menghantarkannya menjadi seorang penyair, dosen, budayawan, dan pakar filsuf yang dihormati. 

Homa Khaleeli dalam The Guardian (15/4/2010) bertajuk Nawal El Saadawi: Egypt’s Radical Feminist mengisahkan hidup Nawal El Saadawi di hadapan relasi hubungan. Diceritakan, Nawal pernah menikah dengan seorang pengacara. Suatu ketika, Nawal banyak menghabiskan waktu malamnya dengan menulis. Ia sangat mencintai dunia tulis-menulis sejak masih kecil.

Konon, suaminya marah karena merasa diduakan, ia lalu mengajukan pertanyaan pada Nawal untuk memilih antara tulisan atau suaminya. Nawal dengan tegas dan yakin memilih tulisan. Karena menulis menurutnya adalah bagian dari hidup. Meninggalkan dunia menulis sama saja meninggalkan hidupnya.  

Yang kita soroti dalam case Toety dan Nawal adalah keberanian dan keyakinan atas pilih hidup yang berusaha direnggut orang lain. Mereka mampu menolak self-blame dan upaya objektifikasi dalam relasi hubungan yang banyak berlaku dalam masyarakat umum.

Film berjudul Gangubai Kathiyawadi (2022) disutradarai Sanjay Leela Bhansal, juga menceritakan hal serupa. Film itu mengisahkan perjalanan hidup gadis muda bernama Gangubai yang dijadikan pekerja seks oleh kekasihnya sendiri. Kepercayaan, ketulusan, dan kesetiaan dari gadis itu dibalas dengan objektifikasi.

Yang menarik dari film itu, Gangubai memilih mengoptimalisasikan potensi yang ia miliki dan menebar beragam manfaat kepada orang lain, ketimbang menyalahkan diri sendiri dan mengutuk nasib. Ia sadar, bahwa meratap hanya akan membuat kehidupan menjadi lebih terpuruk.

Novel Little Women (1868) gubahan Louisa May Alcott juga mengandung kisah seputar patah hati. Novel itu menceritakan salah satu tokoh bernama Jo March yang mengalami patah hati sebab orang yang dicintai telah berubah. Jo March tidak meratap meskipun kenyataan itu terasa pahit untuk diterima. Ia tetap berusaha menerima kenyataan itu dan memilih menyibukkan dirinya pada hal-hal yang bermanfaat. Pada akhirnya, tanpa harus overthinking tentang patah hati, ia bertemu dengan sosok laki-laki yang mencintai dan mengerti dirinya.

Mungkin, selama ini banyak orang menganggap lagu hanyalah lagu, sekadar hiburan, tidak lebih. Lagu tidak memiliki efek secara psikologis dan kesadaran. Namun, ternyata pernyataan itu kurang tepat. Dalam penelitian yang ditulis oleh Adi Putra Panjaitan berjudul Kekuatan Musik dalam Pendidikan Karakter Manusia, ditemukan fakta bahwa musik memiliki daya transformatif yang dapat mengarahkan serta mengubah karakter manusia yang mendengarkannya.

Mendengarkan musik dengan lirik yang mengarah pada rasa pasif, putus asa, self-blame, dan objektifikasi akan mengkonstruksi kesadaran kita untuk meng-iyakan dan bersikap serupa dalam menyikapi kegagalan dalam relasi percintan. Begitulah yang ditemukan dalam Apa Mungkin (2023) dan Kata Mereka Ini Berlebihan (2024).

Lirik dalam lagu-lagu Bernadya tentu tidak bisa dikatakan salah, karena setiap orang memiliki hak untuk mengekspresikan pikiran dalam dirinya. Namun, kita berharap, nantinya Bernadya juga bisa menampilkan lirik-lirik yang  memuat kepercayaan diri  dan menolak upaya objektifikasi. Benadya tentu sangat mampu menyebarkan sikap berdaya ketimbang mengutuk diri atas kegagalan suatu relasi.


$data['detail']->authorKontri->kontri

Yulita Putri
Bergiat di Bilik Literasi dan Kamar Kata Karanganyar.

Home 2 Banner

Tren Lainnya

Home 1 Banner