Permasalahan mental dari hari ke hari makin menjalar dalam hidup banyak orang. Manusia dijangkiti rasa khawatir, stres, cemas, takut, dan hopeless karena beragam masalah. Pekerjaan yang menumpuk, toxic relationship, beban ekonomi, dan tuntutan sosial yang makin tidak masuk akal, menjadi alasan kian tingginya angka depresi hingga bunuh diri.
Di tengah-tengah situasi tersebut, kebutuhan untuk menerapkan pola hidup sehat menjadi semakin penting. Namun, sering kali masih banyak anggapan bahwa memilih pola hidup sehat berarti harus siap dengan biaya yang tinggi. Banyak orang merasa kesulitan untuk menjadikannya bagian dari rutinitas sehari-hari.
Padahal, asumsi itu tidak tepat. Grounding Living menawarkan pendekatan baru untuk menjalani hidup sehat dengan cara yang sederhana, alami, dan tidak memerlukan biaya besar. Gaya hidup ini menggabungkan prinsip-prinsip kesehatan holistik, pemanfaatan bahan-bahan alami, serta aktivitas fisik yang dekat dengan alam. Praktik tersebut memungkinkan siapa saja untuk menikmati gaya hidup sehat dengan budget minimal.
Apa itu Grounding Living?
Kita tentu akrab dengan gaya hidup yang satu ini, apalagi jika tinggal di daerah yang masih dekat dengan ruang hijau. Grounding Living adalah konsep yang berkaitan dengan cara hidup yang menekankan pada keterhubungan dengan alam, keseimbangan emosional, dan kesejahteraan mental melalui praktik-praktik yang membumi.
Grounding dalam konteks ini berarti menstabilkan diri dengan berhubungan langsung dengan elemen-elemen alami di sekitar kita, seperti pohon, batu, pasir pantai, angin, tanah, air, cahaya matahari dan udara.
Grounding Living sangat mudah untuk dilakukan. Kita hanya perlu melakukan kontak langsung dengan permukaan bumi. Praktik Grounding Living bisa mencakup berbagai kegiatan seperti berjalan tanpa alas kaki di atas tanah, meditasi di alam terbuka, berjemur di bawah sinar matahari, memeluk pohon, berbaring di atas rumput dan berkebun tanpa mengenakan sarung tangan.
Tren ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat umum tetapi juga dilakukan oleh berbagai public figure seperti David Beckham, Angela Gilsha, Arawinda Kirana, Pevita Pearce, Cut Syifa, Nadine Chandrawinata, dan beberapa nama lain.
Kita menjadi teringat serial drama Full House (2004). Film yang dibintangi Song Hye-Kyo dan Rain juga menampilkan Grounding Living lewat aktivitas berkebun dan berjalan di atas pasir pantai secara rutin.
Lalu, Nur Sutan Iskandar dalam bukunya berjudul Pengalaman Masa Kecil (1979) juga berkisah mengenai Grounding Living. Buku itu menceritakan aktivitas hidup yang lekat dengan alam. Anak-anak dikisahkan akrab menjalin hubungan dengan tanah, pohon, angin, dan air. Mereka menemukan kebahagiaan dalam hidup lewat hal-hal sederhana yang langsung diberikan Tuhan.
Apa Manfaat Menerapkan Grounding Living?
Konsep ini muncul dari pemahaman bahwa ketika manusia berinteraksi dengan medan elektromagnetik alami bumi, tubuh dapat memperoleh manfaat kesehatan seperti penurunan peradangan, peningkatan tidur, dan peningkatan suasana hati. Tujuannya adalah untuk mengurangi perasaan cemas, meningkatkan fokus, dan membantu seseorang merasa lebih terkoneksi dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.
dr.Gracia Fensynthia dalam laman alodokter.com memaparkan beberapa manfaat dari grounding bagi kesehatan fisik maupun mental, di antaranya:
- Mengurangi rasa lelah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas grounding bisa mengurangi kelelahan. Dalam sebuah penelitian ditemukan fakta bahwa orang yang konsisten melakukan aktivitas grounding akan tidak mudah lelah dan cenderung memiliki suasana hati yang lebih baik
- Meningkatkan imunitas tubuh. Cara kerja grounding dalam meningkatkan imunitas tubuh sama halnya dengan antioksidan, yaitu menghubungkan sel yang hidup (manusia) dengan matriks hidup lainnya (tanah, rumput, alam sekitar) melalui konduksi listrik satu dengan lainnya
- Meningkatkan kualitas tidur. Melakukan grounding secara rutin, khususnya saat pagi hari selama 20 menit, bisa meningkatkan kualitas tidur di malam hari. aktivitas fisik yang dilakukan selama grounding mampu mengontrol kadar kortisol dalam tubuh, hal itu berpengaruh terhadap siklus tidur. Dengan kadar hormon yang terkontrol, kita bisa mendapatkan waktu tidur yang berkualitas.
Gaetan Chevalier dan beberapa peneliti lain dalam sebuah penelitian yang berjudul Earthing: Health Implications of Reconnecting the Human Body to the Earth's Surface Electrons juga memaparkan bahwa ketika melakukan interaksi dengan bumi, baik lewat bertelanjang kaki di luar ruangan maupun aktivitas lainnya, akan sangat efektif melawan stres kronis, disfungsi ANS, peradangan, nyeri, kurang tidur, gangguan HRV, darah yang mengalami hiperkoagulasi, dan banyak gangguan kesehatan umum, termasuk penyakit kardiovaskular.
Penelitian yang dilakukan hingga saat ini mendukung aktivitas hidup yang dekat dengan alam. Membumikan atau mendekatkan tubuh manusia dengan berbagai elemen bumi merupakan aktivitas penting yang dapat mendorong kesehatan fisik maupun mental. Hanya dengan sinar matahari, udara, tanah, air, makanan sehat, dan aktivitas fisik yang rutin, dipercayai akan membawa pada kehidupan yang lebih tenang dan membahagiakan.
Yulita Putri
Bergiat di Bilik Literasi dan Kamar Kata Karanganyar.