Radikulopati atau yang juga dikenal dengan saraf terjepit (pinched nerve) adalah kondisi di mana saraf tertekan oleh jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti jaringan otot, tendon, tulang, atau tulang rawan. Kondisi ini mengakibatkan seseorang tidak dapat bergerak bebas karena munculnya rasa sakit, nyeri, kesemutan, dan mati rasa di bagian saraf yang terjepit. Keberadaan saraf yang terdapat seluruh tubuh manusia memungkinkan saraf terjepit atau saraf kejepit dapat terjadi di bagian tubuh mana pun.
Tubuh manusia bisa membentuk banyak posisi, beberapa di antaranya dapat meningkatkan tekanan di sekitar saraf sehingga mengakibatkan seseorang mengalami saraf kejepit, seperti kebiasaan bertumpu pada siku atau menyilangkan kaki dalam waktu yang lama.
Dilansir situs resmi Kementerian Kesehatan, selain posisi, ada pula kondisi yang dapat memicu saraf kejepit, seperti Herniasi diskus atau kondisi di mana bantalan tulang belakang bergeser sehingga menyebabkan dislokasi (keluar dari tempat yang seharusnya), Rheumatoid arthritis atau peradangan pada sendi, Stenosis spinal atau penyempitan yang tidak normal pada tulang belakang, dan Carpal tunnel syndrome atau kondisi ketika saraf median di pergelangan tangan tertekan.
Saraf kejepit dapat dialami oleh siapa pun, akan tetapi terdapat golongan yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi ini. Mereka adalah ibu hamil, penderita diabetes, orang-orang yang sering berbaring dalam waktu yang cukup lama, pemilik riwayat saraf kejepit turun-temurun, orang-orang yang mengalami cedera tulang belakang, orang-orang yang sering melakukan aktivitas dengan mengandalkan tulang belakang, pergelangan tangan, atau bahu mereka, dan orang-orang dengan berat badan berlebih.
Sementara berdasarkan faktor usia, umumnya para muda-mudi mengalami saraf kejepit akibat cedera dan beban berat pada tulang belakang sehingga menyebabkan penonjolan bantalan tulang (diskus intervertebrali). Sedangkan pada para lansia, saraf kejepit disebabkan oleh proses degenerasi dan hilangnya elastisitas bantalan tulang.
Saraf kejepit merupakan kondisi yang sangat umum terjadi. Di Indonesia sendiri, kondisi ini dialami lebih dari dua juta orang dalam satu tahunnya. Sebagian dari mereka mengabaikan saraf kejepit karena kondisi tersebut dapat sembuh dengan sendirinya.
Namun, ada pula kondisi di mana saraf kejepit tidak kunjung pulih sehingga penderita perlu dirujuk ke dokter. Sebab, kika kondisi tersebut tidak ditangani dengan baik, maka saraf kejepit dapat memicu komplikasi seperti, inkontinensia urine dan inkontinensia tinja, hilang sensasi di area sekitar dubur dan paha bagian dalam, kerusakan saraf permanen yang menyebabkan kelumpuhan, serta Sindrom Cauda Equina atau kondisi ketika sekumpulan akar saraf di bagian bawah saraf tulang belakang mengalami tekanan.
Mengutip Kavacare, salah satu perawatan yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi saraf kejepit adalah terapi saraf kejepit. Terapi ini dapat meregangkan dan menguatkan otot-otot di sekitar bagian saraf kejepit, membantu mengembalikan kemampuan gerak penderita, meningkatkan keseimbangan, memperbaiki postur tubuh, serta membantu koordinasi tubuh pasien. Ada beberapa jenis terapi saraf kejepit, salah satunya adalah terapi akupuntur.
Mengobati Saraf Kejepit dengan Terapi Akupuntur
Terapi akupuntur telah lama digunakan untuk mengobati rasa nyeri, termasuk rasa nyeri yang muncul akibat saraf kejepit. Menukil DR. MA. Acupuncture Center, nyeri dianggap sebagai gejala qi dan darah yang tidak aktif. Dalam Ancient Chinese Medicine (ACM), qi adalah kekuatan energik yang mengalir dalam tubuh manusia. Maka, jika qi dalam tubuh seseorang kurang, tidak seimbang, atau tidak aktif, hal tersebut dapat menyebabkan munculnya rasa tegang, lelah, dan pegal pada lutut, punggung, atau bagian tubuh lainnya. Stagnasi qi dan stagnasi darah dapat disebabkan oleh postur tubuh yang buruk, cedera, aktivitas fisik yang berlebihan, atau gangguan emosi yang kronis. Gejala ini dapat berupa bengkak, rasa kaku, nyeri atau peradangan.
Dilansir Breeze Academy, para ahli sepakat bahwa akupunktur merupakan pengobatan alternatif yang efektif untuk saraf kejepit. Terapi akupunktur dapat meredakan nyeri dengan melepaskan hormon endorfin, mengubah cara otak mengenali sinyal nyeri, membantu meningkatkan sirkulasi darah, dan menghilangkan rasa sakit. Selain saraf kejepit, akupuntur juga merupakan pengobatan yang efektif untuk neuropati atau kondisi lainnya yang berkaitan dengan kerusakan saraf.
Bisakah akupuntur mengobati saraf kejepit?
Akupunktur hanyalah pengobatan alternatif untuk saraf kejepit sehingga belum dapat dipastikan rasa sakit tersebut akan hilang seluruhnya. Namun, penelitian dan observasi telah membuktikan bahwa terapi ini dapat menjadi alternatif yang baik untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pada kondisi saraf kejepit. Penelitian lainnya bahkan mendapati akupuntur bermanfaat untuk neuropati yang lebih parah.
Terapi akupunktur untuk saraf kejepit bekerja dalam dua cara. Pertama, membantu mengurangi rasa sakit dengan menstimulasi sistem saraf dan melepaskan endorfin untuk meredakan rasa nyeri. Kedua, meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami saraf kejepit. Pada proses ini, oksigen dan nutrisi penting akan diantarkan ke area tersebut untuk membantu mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak di sekitar saraf.
Seberapa efektif akupuntur untuk kerusakan saraf?
Akupunktur membantu meningkatkan aliran darah dan merangsang sistem saraf. Pada gilirannya, terapi ini secara efektif menstimulasi kembali serabut saraf yang rusak. Para ahli juga menyatakan bahwa akupunktur dapat bekerja untuk meregenerasi saraf.
Sejumlah penelitian menunjukkan akupuntur adalah pengobatan yang efektif untuk penyakit saraf, baik saraf kejepit atau pun kerusakan saraf yang lebih parah. Selain itu, pengobatan alternatif ini memiliki efek samping yang lebih sedikit sehingga sangat Disarankan untuk orang-orang yang enggan mengonsumsi obat-obatan.
Selain akupuntur, pengobatan yang juga dinilai efektif untuk atasi saraf kejepit adalah terapi pijat. Terapi ini digunakan untuk merilekskan dan menenangkan jaringan di sekitar saraf.
Berapa lama akupuntur perlu dilakukan untuk Neuropati?
Umumnya, penderita sakit saraf seperti saraf kejepit perlu menjalani terapi akupuntur sedikitnya 6-8 kali perawatan. Beberapa orang mungkin sudah merasakan manfaat pengobatan alternatif ini dalam 1 atau 2 sesi, seperti berkurangnya rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Namun, penting untuk diketahui bahwa manfaat tersebut tidak berlangsung lama.
Setelah mengikuti 6-8 sesi, dokter akan mengurangi frekuensi pengobatan atau merekomendasikan terapi akupuntur secara berkala sebagai bentuk pemeliharaan saraf. Dalam hal ini, frekuensi terapi akupuntur dilakukan tergantung kondisinya, bisa seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan lebih lama.
Mana yang lebih baik untuk saraf kejepit, akupuntur atau kiropraktik?
Kiropraktik adalah pengobatan yang menekankan pada diagnosis, perawatan, dan pencegahan gangguan mekanik pada sistem muskuloskeletal, khususnya tulang belakang, atas hipotesis bahwa gangguan tersebut akan mengganggu kesehatan tubuh melalui sistem saraf. Sebagai informasi, sistem muskuloskeletal adalah sistem biologis yang terdiri dari kerangka tubuh dan otot-otot yang menunjang pergerakan tubuh.
Pengobatan kiropraktik sama efektifnya dengan terapi akupuntur. Sebab, akar penyebab saraf kejepit cenderung berasal dari masalah muskuloskeletal, baik itu cedera, postur tubuh yang buruk, gerakan berulang, atau kondisi yang mendasarinya. Sehingga, pengobatan ini dapat dijadikan sebagai opsi apabila penderita saraf kejepit enggan melakukan akupuntur.