Dark
Light
Dark
Light

Mike Tyson, Thom Haye, dan Sepatu Hitamnya

Mike Tyson, Thom Haye, dan Sepatu Hitamnya

Thom Haye, pemain sepak bola naturalisasi ramai menjadi perhatian netizen. Bukan karena semata operannya terukur dan selalu tepat pada pemain yang dituju tapi juga karena sepatunya yang berwarna hitam. Dengan warna sepatu itu, dia pun tampak kontras di antara sepatu pemain lain yang menyala terang dan menampar mata.

Netizen pun ramai membicarakannya. Bahkan sepatu hitam yang mengkilap itu kemudian disebut seperti sepatu pantovel. Sehingga dengan wajahnya yang memerah akibat udara panas Jakarta, dia tak ubahnya seperti orang yang mampir ke lapangan sepak bola selepas dia pulang kondangan atau sehabis lelah bekerja.

Tak banyak pemain sepak bola yang memilih warna ini. Selain Haye, mungkin bisa disebut nama lainnya yang bisa disebut adalah Jack Grealish, pemain Inggris termahal di Liga Primer, yang main di Manchester City.

Sekarang sepatu warna hitam memang terlihat tidak biasa. Persis seperti yang terjadi pada saat Mike Tyson muncul di ring tinju pada dekade 1980-an. Kala itu, adu pukul di ring amat populer. Para petinju pun selain meraup banyak uang di sana, mereka tidak lagi tampil biasa-biasa saja di atas ring.  

Hector Camacho – yang menambahkan kata “Macho” di tengah-tengah namanya adalah salah satu petinju yang paling flamboyan. Di antara pukulan yang berseliweran di wajah lawannya, dia juga membawa rumbai-rumbai di celana bahkan juga di sepatunya yang juga berkilau.

Camacho yang turun di gelanggang di kelas menengah, teramat memperhatikan penampilannya. Tata rambutnya pun dia buat lebih menarik. Dia meninggalkan uliran rambut di depan jidatnya persis seperti Superman atau bintang pop paling terkenal saat itu, Michael Jackson.

Penampilannya itu terasa mencolok mata bila dibandingkan dengan petinju lainnya yang hanya mengenakan celana berwarna putih, hijau, dan sarung tinju merah. Camacho – yang wafat 12 tahun silam, menghadirkan sebuah imaji lain dari pertarungan tinju.

Di atas ring selain adu pukul ada juga gemerlap yang dia ciptakan sendiri. Jauh melebihi kemasan Mohammad Ali, yang tampil dengan celana putih dan berlarian ke sana-sini bak seekor kupu-kupu.

Mike Tyson datang dengan berbeda. Di naik ring dengan sederhana. Tak ada warna-warna menyolok atau bling-bling seperti Camacho. Dia datang dengan warna hitam. Dari celana hingga sepatu – hitam polos nyaris tanpa aksen sedikit pun.  

Dengan pasangan warna hitam – sepatu dan celana memang hanya itu yang boleh dipakai petinju profesional, Tyson tidak saja terlihat tampil simpel tapi juga elegan. Menguatkan sosoknya sebagai petinju membuat lawan-lawannya tersungkur dalam waktu singkat. Warna hitam menguatkan kesan itu.

Dalam sebuah acara televisi, mantan juara dunia kelas berat itu mengungkapkan alasannya. “Karena hitam itu menyeramkan. Sangat menyeramkan,” katanya membuka rahasia di balik pilihannya pada warna hitam itu.

Fanatisme Tyson pada warna hitam menjadi identitas diri yang juga berarti pesan tentang kekuatannya. Sepanjang tahun 1980-an, Tyson yang serba hitam menjadi ikon. Fotografer menghadirkan celana pendek dan sepatu hitamnya sebagai simbol dominasi dan intimidasinya sebagai seorang petarung yang beringas dan tak kenal kompromi.

Dalam sepak bola, sepatu hitam tidaklah berarti seperti yang dikatakan Tyson. Sepak bola pada mulanya adalah sebuah wajah monokrom. Pada masanya, semua pemain – sehebat Pele, Zico, Maradona, Beckenbauer takluk pada satu warna gelap itu.

Barulah memasuki dekade 1990-an, terjadi perubahan. Seperti baju wasit, sepatu sepak bola tidak lagi berwarna hitam. Berbagai warna muncul di kaki para bintang. Bahkan sebuah produk olahraga membuat sepatu dengan warna putih. Satu jualannya, dengan memakai warna putih gerakan kaki tak kelihatan lawan.

Para pemain pun datang ke lapangan dengan berbagai spektrum warna. Mulai dari ungu, biru langit, bahkan warna jeruk keprok – yang jadi favorit Cristiano Ronaldo.

Namun tak semua pelatih mengizinkan para pemainnya mengenakan sepatu warna-warni di lapangan. Sepatu warna-warni itu hanyalah milik para pemain bintang. Mereka para pemain muda – hanya diperbolehkan mengenakan sepatu hitam.  

Selain Sir Alex Ferguson, manajer Manchester United, salah satu manajer terbesar di Liga Inggris, ada pelatih klub Queens Park Rangers, Marc Bircham yang menerapkan aturan keras itu. Larangan itu agar mereka tidak "terlalu mencolok".

"Pembatasan tersebut berlaku untuk tim muda," kata bek Manchester United, John O'Shea. "Mereka diperintahkan untuk mengenakan warna hitam. Kalau nekat pakai sepatu warna mencolok dan lalu bermain jelek, siap-siap kena omelan."

Bagi Fergie, sepatu hitam adalah sebuah proses pendewasaan. Selain larangan itu, pemain muda pun mendapat tugas untuk mencuci sepatu senior selepas pertandingan. Ferguson membolehkan pemain asuhannya untuk mengenakan sepatu warna lain, yang menyala sekali pun setelah dianggapnya cukup dewasa saat bermain di lapangan.

Namun sepak bola terus berubah. Ferguson yang kini berusia 82 tahun, sudah lama pensiun dan tak bisa menerapkan aturan itu. Sepatu berwarna kini menjadi simbol dari kejayaan sepak bola selama 20 tahun terakhir. Para pemain muda sekali pun kini tampil dengan sepatu warna-warni. Bahkan warna pink --  yang pada mulanya dikritik habis, menjadi pemandangan biasa.

Justru sebaliknya, mereka yang memakai sepatu warna hitam seperti Haye, yang terasa aneh dan mencolok. Dalam sebuah video di media sosial, pemain yang kini membela Almere City di Eredivisie menyebutkan pilihannya pada sepatu warna hitam semata karena dia tidak suka dengan sepatu dengan warna terang.

Bagi Tyson, warna hitam sebagai pernyataan diri tentang sosoknya yang tegas, keras, dan tanpa kompromi. Sedangkan bagi Haye, adalah hitam sebuah keteduhan.  

Namun satu hal yang sama, warna hitam seolah menyuntikkan kepercayaan diri yang luar biasa saat tampil di gelanggang. Seperti juga Tyson, Haye dengan sepatu pantovelnya itu menjadi bagian tak terpisahkan dari identitasnya sebagai petarung di lapangan. Publik sepak bola, di negerinya yang baru pun, sepertinya setuju dengan itu.


$data['detail']->authorKontri->kontri

Irfan Budiman
Mantan wartawan dan penulis lepas di sejumlah media.


Editor: Fajar WH
Home 2 Banner

Tren Lainnya

Home 1 Banner