Dark
Light
Dark
Light

Sumpah Pemuda 1928 Vs Sumpah Pemuda 2024

Sumpah Pemuda 1928 Vs Sumpah Pemuda 2024

Tahun 1928 adalah masa yang mengandung beragam masalah. Peluru dan asap masih memenuhi langit, perbedaan etnis dan budaya masih runcing, dan penggunaan bahasa inti belum kokoh. Oleh karena itu, lahirlah tiga kalimat yang merajut segala persoalan itu menjadi pola cantik, yang kemudian disebut sebagai “Sumpah Pemuda Tahun 1928”.

“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Ikrar itu telah menjadi tonggak sejarah dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Sumber semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari para penjajah. Kita patut menghormati kesakralan sumpah tersebut. Akan tetapi, penghormatan tidak pernah cukup dengan hanya meromantisasi sejarah dan melafalkan secara berjamaah saat upacara. Kita boleh berharap lebih.

Sembilan puluh enam tahun telah berlalu, langit Indonesia tak lagi sama. Peluru, asap, dan teriakan tidak lagi menghuni tanah dan langit Indonesia. Zaman telah memilih untuk berubah. Kini, masalah tidak lagi datang dari bangsa lain, tetapi dari bangsa bahkan diri sendiri. Sejak jauh hari, Soekarno telah memperingatkan: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Beberapa waktu lalu, survei Drone Emprit, sistem monitor analisis media sosial, mengabarkan bahwa jumlah pemain judi online di Indonesia menempati posisi teratas di dunia. Berita itu amat memprihatinkan. Sebab, judi kerap membawa masalah turunannya, seperti alkohol, narkotik, dan tindak kejahatan lain.

Film Mai (2024) disutradarai Tran Thanh, menggambarkan dampak perilaku judi dalam lingkup keluarga maupun masyarakat. Judi tidak hanya berdampak buruk bagi individu, tetapi juga berpeluang mengarah pada kekerasan seksual, penelantaran anak, perdagangan manusia, hingga pembunuhan.

Selain persoalan judi, keamanan hidup juga masih bermasalah. Dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan, dijelaskan bahwa pada tahun 2023 kejahatan kekerasan seksual tetap masih menyentuh angka ribuan. Kasus itu tentu serupa gunung es, jumlah yang sebenarnya bisa mencapai dua bahkan tiga kali lipat. Indonesia masih menjadi negara yang belum ramah gender. Kekerasan seksual masih menghantui generasi muda baik di lingkup umum, lembaga keagamaan hingga pendidikan.

Lalu, persoalan kemanusiaan juga menjadi catatan penting. Kemajuan zaman telah mengaburkan batas antar negara. Pemuda tidak lagi dibatasi persoalan geografi. Satu masalah yang terjadi di suatu negara mesti menjadi perhatian seluruh para pemuda. Perang di palestina adalah salah satu contoh krisis kemanusiaan yang menjadi masalah bersama. Peran pemuda diperlukan dalam upaya mewujudkan perdamaian dan menjamin hak kehidupan bagai seluruh manusia di muka bumi, tanpa terkecuali.

Saat ini, para pemuda juga dihadapkan pada masalah kebhinekaan. Kebhinekaan Indonesia bukan sekadar keberagaman suku, budaya, dan agama, melainkan juga perbedaan pandangan, gagasan, dan cara hidup. Hadirnya media sosial dan platform digital lainnya, membuat setiap orang bebas menyatakan pendapat dan berbagi informasi.

Kemajuan itu membawa banyak kemudahan seperti akses informasi yang cepat, komunikasi lintas batas yang mudah dan berbagai inovasi teknologi yang bisa menambah peluang baru. Akan tetapi, kemudahan itu juga memberi resiko seperti penyebaran hoax, ujaran kebencian, polarisasi sosial, dan kekacauan mental.

Tom Nichols dalam bukunya Matinya Kepakaran (2017) memaparkan salah satu dampak media sosial yang menghantui generasi digital : “Pengguna internet telah menciptakan banyak hukum menarik untuk menggambarkan distraksi di dunia elektronik… Pandangan pengguna internet yang biasanya berakar kuat dan tidak dapat diubah adalah landasan Hukum Pommer, yaitu internet hanya dapat mengubah pikiran seseorang dari “tidak memiliki pendapat” menjadi “memiliki pendapat yang salah."

Kondisi-kondisi tersebut terbentuk karena tantangan yang dihadapi oleh para pemuda sangat berbeda dengan masa lalu. Era digital dan pertambahan jumlah populasi telah membawa banyak perubahan dalam menjalani dan menyikapi hidup.

Di sinilah peran penting para pemuda sebagai agen perubahan untuk merenungkan kembali ikrar perjuangan bersama.

Pemuda mesti memahami tantangan dan peluang yang dihadapi. Mereka harus mampu memanfaatkan teknologi untuk memperkuat rasa persatuan dan kemanusiaan, misalnya dengan mempromosikan konten-konten yang mengedukasi tentang  pesan cinta kasih, budaya lokal, toleransi, dan sejarah kebangsaan. Pemuda juga bisa berperan sebagai garda terdepan dalam melawan narasi yang memecah belah dengan menyebarkan informasi yang benar dan membangun solidaritas antar generasi.

Kalau boleh, kita iseng untuk menciptakan ikrar baru di Sumpah Pemuda 2024 ini:

“Kami putra dan putri Indonesia, berjanji mengontrol diri dari segala bentuk perjudian, narkotik, dan miras, demi tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, akan bersungguh-sungguh belajar untuk memerangi kebodohan demi bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung keadilan dan keselamatan antar manusia, demi nilai kemanusiaan di seluruh dunia.”
 


$data['detail']->authorKontri->kontri

Yulita Putri
Bergiat di Bilik Literasi dan Kamar Kata Karanganyar.

Home 2 Banner

Perspektif Lainnya

Home 1 Banner