Kematian adalah sebuah keniscayaan. Kematian adalah sesuatu yang pasti datang. Tak pandang dia siapa, berapa usianya, apa status jabatannya, kaya ataupun miskin hartanya. Tiada seorang pun yang tahu kapan hari kematiannya, di mana dan bagaimana kondisinya. Ketika ajal menjemput, tak ada kekuatan manapun yang bisa menghindar dari kepastian-Nya.
Bagi sebagian orang, mengingat kematian akan menimbulkan rasa khawatir. Kematian menjadi sesuatu yang begitu menakutkan, sehingga banyak orang tidak berani walaupun hanya sekedar mempercakapkannya. Membayangkan kita akan menempuh perjalanan jauh menuju negeri akhirat yang abadi, sedang di dunia yang fana belum merasa memiliki bekal yang memadai.
Namun, tak sedikit orang yang pasrah-sumarah jika seketika dipanggil Allah. Mereka bahkan telah menyiapkan kain kafan di almarinya, dan berwasiat untuk keluarganya. Mereka bersyukur atas keadaan dirinya di dunia yang penuh kesementaraan. Baginya, kematian adalah panggilan pulang dari Sang Maha Penyayang, sesuatu yang semestinya dirindukan.
Begitulah tiap-tiap orang menyikapi masalah kematian. Lantas bagaimana masyarakat mengurus masalah kematian di lingkungannya? Agama Islam mengajarkan, bahwa ada empat kewajiban seorang Muslim terhadap orang Islam yang meninggal dunia yaitu memandikan, mengafani, mensholatkan dan menguburkan. Sayangnya, di lingkungan tertentu, pengurusan jenazah belum tertata dengan baik. Masih banyak fenomena baik di desa maupun kota, ketika ada warga yang meninggal dunia masih bingung siapa yang mengurusnya, kain kafannya dari mana, dan dikuburkan di mana.
Di Desa Kaliurip, Kacamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, ada komunitas yang tak biasa. Tak semua orang mau bergabung di dalamnya, padahal keberadannya sangat dibutuhkan. Ya, nama komunitas ini Ikatan Penggali Kubur Kaliurip (IPKK). Sebuah lembaga informal yang berada di bawah koordinasi Dewan Kemakmuran Masjid Al Falah Dusun Krajan setempat. Adalah Sudibyo, mantan Kepala Desa Kaliurip yang memiliki gagasan awal mendirikan komunitas ini.
Selain pernah menjabat Kades dan menjadi nakes pemerintah, Sudibyo memiliki latar belakang sebagai Ketua Relawan Indonesia Banjarnegara sejak 2014 hingga sekarang. Ia juga pernah menjadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang kota, serta Ketua PMI Kecamatan Madukara sejak 2021.
Menurut Sudibyo, ikatan penggali kubur dibentuk untuk memastikan warga yang terkena musibah kematian terbantu dalam proses pemulasaraan hingga pemakamannya. Visi IPKK adalah terlaksananya tata kelola pemulasaraan jenazah secara paripurna, dengan motto 'Melayani umat sampai akhir hayat'.
Saat ini, anggota IPKK telah mencapai lebih dari 50 orang. Mereka adalah relawan yang tak kenal jam kerja siang maupun malam, yang selalu siap seiring kapan saja malaikat pencabut nyawa menjemput warga desa.
Ikhwal berdirinya ikatan penggali kubur
Pria kelahiran 14 September 1976 ini memiliki segudang pengalaman sebagai aktivis dan relawan penanggulangan bencana. Ia pernah terlibat aktif dalam penanganan berbagai bencana longsor di Banjarnegara, gempa di Bantul 2006, Gempa Pidie Aceh Jaya 2016, Gempa Lombok 2016, longsor di Ponorogo Jatim 2017.
Setelah purna sebagai Kepala Desa Kaliurip dua periode pada 2019, Sudibyo kembali melanjutkan tugasnya sebagai perawat di Puskesmas Madukara 1 Banjarnegara. Namun, pengabdianya di desa tak pernah pupus. Oleh masyarakat, Sudibyo diberi amanah untuk menjadi ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al Falah yang ada di Dusun Krajan.
Ketika menerima amanah itulah, Sudibyo memiliki visi untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat yang mendatangkan kemanfaatan dan kemakmurkan dan mencari solusi berbagai persoalan masyarakat. Dengan pendekatan konsep Masjid Jogokaryan Yogyakarta, ia bersama pengurus membentuk LAZIS Masjid Al Falah.
"Alhamdulillah setiap bulan sudah aktif dalam penarikan zakat maal. Secara aktif memback-up pemerntah desa ikut memberi bantuan pada saat Covid tahun 2020 di samping untuk membantu masyarakat yang sakit, UMKM dan anak-anak muda yang membutuhkan modal,” bebernya.
Program lainnya adalah mencetak para penghafal Al-Qur'an. Saat ini sudah lebih dari 10 orang penghafal Al-Qur'an yang lahir dari program tersebut. Ia juga akrtif menggerakkan sekolah ibu untuk membantu pemerintah karena banyak problem rumah tangga pasangan muda. Terbaru, membentuk dan membina Ikatan Penggali Kubur untuk pengurusan jenazah jika ada warga yang meninggal dunia.
Gerak cepat meski malam hari
Arina,id menemui anggota ikatan penggali kubur Kaliurup di serambi Masjid Al Falah Dusun setempat. Sudibyo dan kawan-kawannya memang sering berkumpul di masjid tersebut untuk membahas program terdekat. Terkait prosedur kegiatan, Sudibyo menuturkan, IPPK memang memiliki SOP yang simpel. Begitu ada berita lelayu, maka tim dibagai dua. Satu tim bertugas takziah dan musyawarah dengan keluarga yang berduka, dan tim lainnya menyiapkan prosesi selanjutnya sesuai hasil musyawarah.
"Saat takziah dengan keluarga kita minta pengarahan jenazah mau dikebumikan kapan dan di mana, juga letak yang diinginkan. Jadi jika meninggal sore hari dan keluarga minta segera dikebumikan malam itu juga, tim yang berjaga langsung bergerak," ungkap Dibyo.
Tim lapangan menyiapkan lampu, genset, selain peralatan penggalian. Yang bertugas bisa lebih dari 30 orang. Usai prosesi pemakaman, tim lapangan kemudian menuju ke rumah duka, untuk mendoakan keluarga. Sebagai ucapan terima kasih kadang pihak keluarga memberikan makan atau sekedar minum.
Namun, imbuh Dibyo, dalam hal ini pihaknya tidak ingin merepotkan pihak keluarga yang sedang berduka. Jadi ia tengah menyiapkan untuk menghimbau agar keluarga yang meninggal dunia tidak perlu memberikan makanan atau minuman.
"Kami niatkan Lillahi ta’ala dan tidak dibayar, dalam hal ini kami tidak igin membebani siapapun, apalagi keluarga yang berduka," timpal Dibyo.
Menurutnya, sumber dana diperoleh DKM dari infak masjid dan para donatur. Sebagai informasi, Desa Kaliurip merupakan salah satu penghasil salak kualitas nomor 1, jadi banyak pengusaha salak di desa itu yang dikenal dermawan.
Tak memberatkan keluarga yang berduka
Koordinator IPKK, Purwono menambahkan, misi dari IPKK adalah meningkatkan SDM tim pemulasaraan jenazah dan penggali kubur, meningkatkan spiritualitas anggota IPKK, meningkatkan sarana prasarana IPKK dan meningkatkan tata Kelola dan cara pemulasaraan jenazah dengan memperhatikan landasan syariah dan kearifan lokal.
Untuk meningkatkan pelayanannya, IPKK tengah melengkapi perlengkapannya berupa keranda stainless steel dan lainnya yang nilainya mencapai Rp15 juta.
"Alhamdulillah kini sudah ada 9 juta rupiah. Juga kita akan membuat tim khusus putra-putri yang dididik dan dilatih sehingga dipastikan prosesi pemulasaraan secara syariah," jelas Purwono.
Selain itu, tambah Purwono, IPKK juga ingin agar menghilangkan budaya masyarakat yang membuat makanan untuk para penggali kubur. Hal itu menurutnya akan semakin memberatkan keluarga yang sedang berduka, dan juga tidak sesuai dengan syariah.
"Kita sendiri yang akan menyiapkan makanan untuk para penggali kubur. Kita ingin justru keluarga mayit terbantu sepenuhnya di saat mereka tengah berduka. Kita bisa mengoptimalkan donasi dari Masjid Al Falah yang datang dari perantauan dalam dan luar negeri, serta swadaya masyarakat. Bahkan mimpi kita ke depan IPKK dapat memiliki mobil ambulans sendiri untuk melayani masyarakat," ujar Purwono.
Penghargaan bagi jenazah
Sementara itu Gus Hamdan dari Dieng berpendapat, adanya komunitas penggali kubur merupakan sesuatu yang sangat baik. Karena mengurus jenazah merupakan tugas yang sangat mulia.
"Kelihatannya sepele tapi sangat dibutuhkan,” ujar Gus Hamdan.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan mati (QS Al-Ankabut: 57). Dan kematian itu sendiri merupakan gerbang menuju keabadian sejati, itulah sebabnya alam kubur disebut dengan alam baka. Manusia berasal dari tanah dan kelak akan kembali juga ke tanah (QS Thaha :55).
"Maka dari itu, sudah sepantasnya setiap manusia menyadari akan keniscayaan ini, dengan mempersiapkan bekal amal sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya untuk menghadapi perjalanan panjang yang bisa membahagiakan jika banyak amal salIh dan bersih hatinya, namun sebaliknya bisa jadi menyusahkan dan menyakitkan jika banyak kejahatan dan dosa-dosa yang dipikul," ujarnya.
Ustadz Hamdan kemudian menukil sebuah ayat yang sangat terkenal.
كل نفس ذاءقةالموت..
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." (QS Alanbiya 35)
Makna dari ayat tersebut adalah bawha kematian merupakan pintu pertama menuju kehidupan akhirat. Dan mati ini akan dirasakan oleh semua mahluk yang bernyawa.
"Hilangnya fungsi otak dan berhentinya gerak seluruh sel-sel tubuh itulah mati menurut medis. Sedangkan mati menurut Islam adalah berpisahnya ruh dan jasad, jasad akan membusuk dan dimakan cacing tanah, sementara ruh akan kembali kepda pemiliknya yaitu Allah Swt," imbuhnya.
Kematian selalu dengan kita, menyertai setiap langkah mahluk-Nya. Kematian bisa datang kepada siapa saja, kapan dan di mana pun berada.
Ikatan Penggali Kubur Kaliurip Banjarnegara memberi inspirasi bahwa orang yang meninggal pun harus dihormati dengan mengurus jenazah dan mengebumikannya dengan baik, selayaknya sesama ciptaan Allah Sang Maha Kuasa.
Muji Prasetyo
Penulis dan jurnalis. Kontributor Arina. Tinggal dan mengabdi di Banjarnegara Jawa Tengah.