Kita mungkin masih ingat, sebelum pulang dari sekolah atau mengaji, secara bersama-sama melantunkan Surat Al-’Asr dengan suara keras sambil menelungkupkan tangan di meja. Hal itu kita lakukan tanpa bertanya, apa makna dari surat tersebut dan mengapa Al-’Asr?
Sebagian dari kita mengira bahwa Al-’Asr adalah doa pulang sekolah dan mengaji. Namun, selain karena surat ini mengandung makna yang sangat dalam, ternyata para sahabat Nabi punya kebiasaan membacanya ketika mereka meninggalkan suatu majelis atau pertemuan.
Surat Al-‘Asr adalah salah satu surat singkat namun penuh makna dalam Al-Qur'an. Terdiri hanya tiga ayat, surat ini menekankan pentingnya waktu, iman, amal saleh, kebenaran, dan kesabaran. Meski pendek, Surat Al-‘Asr memiliki kedalaman yang luar biasa, sehingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ada sebuah riwayat penting yang menggambarkan bagaimana para sahabat memanfaatkan Surat Al-‘Asr sebagai pengingat dalam interaksi sosial mereka. Setiap kali dua sahabat bertemu dan hendak berpisah, mereka membaca Surat Al-‘Asr bersama sebelum mengucapkan salam perpisahan. Riwayat ini menunjukkan betapa surat tersebut tidak hanya dipahami sebagai nasihat keagamaan, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sosial sebagai alat pengikat kebersamaan dan pengingat akan tanggung jawab umat Islam.
Riwayat Membaca Surat Al-‘Asr oleh Para Sahabat
Riwayat tentang kebiasaan ini ditemukan dalam beberapa kitab hadis. Dalam Mu'jam Al-Tabarani disebutkan:
"Ketika dua orang sahabat Nabi bertemu, mereka tidak akan berpisah sampai salah seorang dari mereka membaca Surat Al-‘Asr, kemudian mereka saling memberi salam." (HR. Al-Tabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir, No. 10115)
Penjelasan ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Hisyam, seorang sahabat yang dikenal karena kedekatannya dengan Rasulullah SAW. Abdullah bin Hisyam adalah sahabat dari kalangan suku Quraisy yang sering menyertai Nabi dalam berbagai kesempatan. Kebiasaan yang disebutkan dalam riwayat ini menggambarkan bagaimana para sahabat memanfaatkan Surat Al-‘Asr sebagai penutup dalam setiap pertemuan mereka, seolah-olah mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya waktu dan tugas mereka sebagai umat Islam.
Analisis Riwayat dan Derajat Kesahihannya
Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Tabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir dianggap memiliki sanad yang baik. Beberapa ulama hadits menyebut riwayat ini sebagai hasan (baik), yang berarti dapat diterima sebagai sumber hukum dan amalan.
Imam Al-Hafizh As-Suyuthi dalam karyanya Al-Jami' As-Saghir juga mencatat riwayat serupa dan menganggapnya sebagai bagian dari amalan yang dianjurkan berdasarkan kebiasaan para sahabat.
Meskipun tidak ditemukan dalam kitab hadis utama seperti Sahih Bukhari atau Sahih Muslim, status kesahihan riwayat ini tetap diterima oleh banyak ulama, khususnya ketika dinilai sebagai riwayat tentang praktik yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip utama Islam. Selain itu, riwayat ini tidak mencantumkan kewajiban syar'i, melainkan hanya menjelaskan kebiasaan baik yang dilakukan oleh para sahabat sebagai bagian dari etika sosial mereka.
Makna dan Hikmah dari Pembacaan Surat Al-‘Asr
Surat Al-‘Asr dimulai dengan sumpah Allah atas waktu: "Demi masa" (وَالْعَصْرِ). Hal ini menunjukkan betapa berharganya waktu dalam kehidupan manusia. Para sahabat, dengan membiasakan membaca Surat Al-‘Asr setiap kali mereka berpisah, seolah-olah saling mengingatkan bahwa waktu adalah sumber daya yang sangat terbatas, dan kita harus memanfaatkannya dengan baik untuk hal-hal yang bermanfaat.
Ayat kedua dari Surat Al-‘Asr menegaskan bahwa "Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian" (إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ), kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran serta kesabaran.
Dengan membaca surat ini sebelum berpisah, para sahabat mengukuhkan komitmen mereka untuk terus berusaha dalam kebaikan, bekerja sama dalam keadilan, dan bersabar dalam menghadapi tantangan hidup. Praktik ini juga mencerminkan keinginan untuk selalu meninggalkan pertemuan dengan pengingat yang positif dan bermanfaat.
Dalam konteks kehidupan sosial para sahabat, pembacaan Surat Al-‘Asr juga mengandung makna mendalam tentang persaudaraan dan solidaritas. Mereka saling menasihati bukan hanya secara lisan, tetapi juga melalui tindakan nyata yang mencerminkan iman mereka. Dengan membaca surat ini, mereka memperkuat hubungan sosial dan spiritual mereka, serta saling meneguhkan dalam upaya memperbaiki diri.
Pembacaan Surat Al-‘Asr sebelum berpisah bukan hanya tradisi sederhana, melainkan praktik penuh makna yang dijalankan oleh para sahabat Nabi Muhammad. Melalui pembacaan surat ini, mereka saling mengingatkan akan pentingnya waktu, iman, dan amal saleh, serta meneguhkan solidaritas mereka dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Meskipun tidak ada kewajiban syar'i untuk membaca Surat Al-‘Asr dalam situasi ini, riwayat yang tercantum dalam Mu'jam Al-Tabarani memberikan contoh indah tentang bagaimana sebuah surat pendek dari Al-Qur'an dapat dijadikan panduan dalam interaksi sosial. Ini adalah pelajaran berharga bagi umat Islam hari ini untuk memaknai waktu, persaudaraan, dan komitmen terhadap kebenaran serta kesabaran dalam setiap aspek kehidupan.