Dark
Light
Dark
Light

Rahasia Kecerdasan Imam Abu Hanifah dan Pentingnya Tradisi Sowan Minta Doa pada Ulama

Rahasia Kecerdasan Imam Abu Hanifah dan Pentingnya Tradisi Sowan Minta Doa pada Ulama

Arina.id - Nama Imam Abu Hanifah sangatlah terkenal di kalangan umat Islam. Beliau adalah seorang mujtahid mutlaq yang pendapat-pendapat fiqihnya menjadi salah satu madzhab besar hingga kini dan diikuti oleh jutaan umat Islam.

Imam Abu Hanifah dalam kitab Tarikh Al Baghdadi memiliki nama lengkap An-Nu'man bin Tsabit bin Zuta At-Taimi al kufi, lahir pada tahun 80 Hijriah. Menurut beberapa riwayat, beliau berasal dari keturunan Persia. Beliau merupakan golongan tabi’in generasi setelah para sahabat Nabi. Ketika di Kufah beliau sempat bertemu dengan sahabat Anas bin Malik. Namun, tidak ada riwayat yang sahih bahwa Abu Hanifah menerima hadits langsung dari para sahabat. Beliau wafat pada tahun 150 Hijriah dalam usia 70 tahun.

Beliau merupakan tokoh besar yang kecerdasannya begitu dikenal dan banyak mendapat pujian khususnya dari ulama-ulama fiqih. Bahkan beliau sering disebut sebut sebagai Imam ahlurra’yi (pemimpin kaum rasionalitas) sebab argumen-argumen fiqih yang disusunnya sangat kuat dan logis.

Pengakuan Ulama terhadap Kecerdasan Imam Abu Hanifah 

Terkait kecerdasan Imam Abu Hanifah, Al Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya menulis bab khusus terkait kecerdasannya dengan judul Mā dhukira min wufūri ‘aql Abī Ḥanīfah wa faṭnatihi wa talatufihi. (Keluasan dan kecerdasan Imam Abu Hanifah, dan sifat lemah-lembutannya.) Dalam kitab tersebut dikisahkan beberapa pengakuan ulama terkait kecerdasan Imam Abu Hanifah, salah satunya adalah pengakuan dari Imam Ibnu Ashim berikut:

لَوْ وُزِنَ عَقْلُ أَبِي حَنِيْفَةَ بِعَقْلِ نِصْفِ أَهْلِ الْأَرْضِ لَرَجَحَ بِهِمْ

Artinya: ”Seandainya akal Abu Hanifah ditimbang dengan akal setengah penduduk bumi, niscaya akalnya lebih berat dibandingkan mereka.” (Al Khatib al Baghdadi, Tarikh al Baghdadi, (Beirut; Dar al Gharab al Islami, 2002, juz 15, halaman 487)

Yazid Bin Harun juga tak ingin ketinggalan memuji kecerdasan Imam Abu Hanifah, menurutnya Imam Abu Hanifah adalah sosok yang cerdas dan juga wara’ (menjaga diri dari dosa)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الدَّقِيقِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ يَزِيدَ بنَ هَارُونَ، يَقُولُ: أَدْرَكْتُ النَّاسَ فَمَا رَأَيْتُ ‌أَحَدًا ‌أَعْقَلَ، وَلَا أَفْضَلَ، وَلَا أَوْرَعَ مِنْ أَبِي حَنِيفَةَ

Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik Ad-Daqiqi, ia berkata: Aku mendengar Yazid bin Harun berkata, “Aku menjumpai banyak orang, tetapi aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih cerdas, lebih utama, dan lebih wara’ (menjaga diri dari dosa) dibandingkan Abu Hanifah.” (Al Khatib al Baghdadi, Tarikh al Baghdadi, (Beirut; Dar al Gharab al Islami, 2002,  juz 15, halaman 487)

Namun ternyata di balik kecerdasan, kesuksesan, dan kedudukan tinggi Imam Abu Hanifah yang hingga kini masih dikenang, beliau pernah didoakan oleh menantu Rasulullah SAW, Ali Bin Abi Thalib. Sehingga wajar Imam Abu Hanifah memiliki kecerdasan dan kedudukan tinggi.

Dikisahkan, ayah Imam Abu Hanifah pernah bertemu dengan Ali Bin Abi Thalib, lantas menantu Rasulullah SAW ini mendoakan berkah kepada Tsabit (nama kecil ayah Imam Abu Hanifah).

فَقَدْ جَاءَ فِي أَكْثَرِ الْكُتُبِ الَّتِي تَرْجَمَتْ لِحَيَاةِ الْإِمَامِ أَنَّ أَبَاهُ الْتَقَى - وَهُوَ صَغِيرُ بِعَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَأَنَّهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَعَا لِثَابِتٍ بِالْبَرَكَةِ فِيْهِ وَفِي ذُرِّيَتِهِ

Artinya: ”Telah disebutkan dalam banyak kitab yang membahas kehidupan Imam Abu Hanifah bahwa ayah beliau, ketika masih kecil, bertemu dengan Ali bin Abi Thalib RA. Dikisahkan bahwa Ali mendoakan Thabit (ayah Abu Hanifah) agar mendapat keberkahan dalam dirinya dan keturunannya.” (Muhammad Ibrahim Al Hafnawi, Al Ushul Wa Ushulliyun, Mesir; Dar Al Faruq, 2022, juz 1, halaman 87)

Pentingnya Tradisi Sowan Meminta Doa pada Ulama

Kisah doa berkah dari Ali Bin Abi Thalib yang terbukti manjur dalam diri Imam Abu Hanifah ini penting untuk diambil pelajarannya. Kisah ini menunjukkan pentingnya mengunjungi dan meminta doa kepada orang yang dekat dengan Allah, salah satunya ulama. Tradisi yang dikenal dengan sebutan (sowan) ini diharapkan dapat mencetak generasi keturunan yang alim dan salih seperti Imam Abu Hanifah. 

Di era saat ini, salah satu contoh nyata pentingnya tradisi sowan kepada ulama terlihat dalam diri KH Bahauddin Nur Salim, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Baha. Dalam sebuah pengajian yang diunggah di kanal YouTube, Gus Baha pernah mengungkapkan rahasia di balik kealimannya.

Gus Baha mengatakan bahwa ketika masih kecil, ayah beliau, Kiai Nur Salim, sering kali mengajaknya sowan ke para ulama di Lasem. Dari tradisi sowan inilah, keberkahan ilmu dan doa dari para ulama melekat pada diri Gus Baha, sehingga beliau tumbuh menjadi seorang ulama besar yang kini diidolakan oleh jutaan umat Islam.

Namun, perlu diingat bahwa tradisi sowan dan meminta doa berkah kepada ulama ini tentunya bukanlah satu-satunya jalan untuk mencetak generasi yang alim dan salih. Hal ini perlu didukung dengan proses belajar yang terus-menerus, peran orang tua, serta berbagai faktor lainnya yang turut berkontribusi dalam pembentukan karakter seorang anak.

Semua elemen ini harus berjalan seimbang agar tercipta generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Wallahu a’lam bissawab.


$data['detail']->authorKontri->kontri

Ahmad Yaafi Kholilurrohman
Penikmat Insight Keislaman, Alumni Ma'had Aly Situbondo, Jawa Timur

Home 2 Banner

Islami Lainnya

Home 1 Banner