Eskalasi konflik antara Palestina (terutama di Gaza) dan Israel saat ini terus meningkat. Israel terus-menerus membombardir Gaza, baik dari jalur darat maupun udara. Menurut data dari UNWRA (The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East), hingga sekarang, korban jiwa di Gaza sudah mencapai lebih dari 10.000 orang dan hampir setengahnya adalah anak-anak. Banyak yang merasa apa yang terjadi di Gaza saat ini bukan lagi perang, melainkan pembantaian massal (genosida) terhadap warga Gaza.
Oleh sebab itu, banyak sekali demonstrasi yang dilakukan di berbagai belahan dunia untuk mengutuk apa yang telah dilakukan oleh Israel, meminta segera diadakan gencatan senjata serta menuntut kemerdekaan Palestina.
Di sisi lain, ada sebagian umat Islam yang sebenarnya juga ingin Palestina bebas. Namun mereka masih terganjal dengan keyakinan bahwa apabila Palestina merdeka, maka kiamat akan semakin dekat. Penulis sendiri pernah mendengar beberapa kolega yang berkata: “Waduh, Sebenarnya saya pengen sih Palestina merdeka. Tapi, kalau nanti kiamat gimana ya?”.
Secara sepintas, pemahaman ini seakan-akan benar dan berdasar. Sebab, memang ada beberapa hadits Nabi Saw. yang menjelaskan hal tersebut. Menurut penulis, setidaknya ada dua hadits yang menjadi alasan mengapa masih banyak yang menganggap bahwa kemerdekaan Palestina merupakan tanda kiamat sudah dekat. Dua hadits tersebut adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عَنْ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم قال: (لا تقوم الساعة حتى تقاتلوا اليهود، حتى يقول الحجر وراءه اليهودي: يا مسلم، هذا يهودي ورائي فاقتله. رواه البخاري.
Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat sampai kalian memerangi (mengalahkan) orang-orang Yahudi. (Pada saat Itu), batu yang dijadikan tempat bersembunyi orang Yahudi akan berkata (kepada muslim): Wahai muslim! Ini ada orang Yahudi di belakangku, bunuhlah!” (Al-Bukhari: 2768).
عن عوف بن مالك قَال:أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم في غزوة تبوك، وهو في قبة من أدم، فقال: (اعدد ستا بين يدي الساعة: موتي، ثم فتح بيت المقدس) الحديث. رواه البخاري.
Artinya: “Dari Auf bin Malik, ia bekata: Aku mendatangi Nabi Muhammad Saw. pada saat perang Tabuk. Pada saat itu, beliau sedang berada di tenda yang terbuat dari kulit yang disamak. Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda: Hitunglah enam perkara yang akan muncul menjelang hari kiamat: Kematianku dan dibebaskannya Baitul Maqdis...” (Al-Bukhari: 3005).
Apakah anggapan bahwa jika Palestina merdeka, maka kiamat akan terjadi, berdasarkan dua hadits di atas dapat dibenarkan? Mari kita bahas satu persatu.
Namun, sebelum kita membedah dua hadits ini, alangkah baiknya kita tahu bahwa asyrat as-sa’ah (tanda-tanda kiamat) terbagi dua: tanda kiamat sughra (kecil) dan tanda kiamat kubra (besar). Tanda-tanda kiamat sughra umumnya muncul jauh sebelum hari kiamat terjadi. Ada beberapa tanda yang bahkan telah terjadi dan terkadang terulang lebih dari satu kali. Ada juga yang belum terjadi sampai sekarang. Sementara itu, tanda-tanda kiamat kubra adalah kejadian-kejadian besar yang menunjukkan bahwa hari kiamat sangat dekat dan tidak lama lagi akan datang.
Hadits Pertama
Hadits ini adalah penjelasan Rasulullah saw. bahwa kiamat tidak terjadi kecuali apabila suatu saat nanti, kaum Muslimin akan berperang (dan menang) dengan orang-orang Yahudi. Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam magnum opus-nya, Fath al-Bari, mengatakan bahwa peperangan (antara Muslim-Yahudi) ini terjadi ketika dajal sudah turun ke dunia.
Yahudi yang dimaksud dalam hadits ini adalah orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut dajal yang nantinya akan diperangi oleh Nabi Isa As. bersama pasukan Muslimin. Pandangan ini juga diamini oleh para ulama lain, seperti Ibnu Mulaqqin, Ibnu Bathal, al-Barmawi, dan lain sebagainya.
Abdul Malik bin Habib menjelaskan bahwa setelah kematian dajal, semua orang akan masuk Islam dan hidup damai di bawah kepemimpinan Nabi Isa As. selama 40 tahun. Setelah itu, semua orang akan dicabut nyawanya oleh Allah dan berpindah ke negeri keabadian, yaitu akhirat. Dalam kitab Umdah al-Qari, Badruddin al-‘Aini menerangkan bahwa hadits ini adalah bentuk mukjizat Nabi Muhammad Saw. yang dapat mengetahui perkara gaib di masa depan. Selain itu, Hadits ini juga menjadi bukti bahwa agama Islam akan tetap langgeng dan abadi hingga akhir zaman.
Dari keterangan di atas, penulis berkesimpulan bahwa hadits ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang terjadi pada saudara kita saat ini di Palestina. Sebab, Hadits ini menerangkan sebuah tragedi besar pertanda kiamat kubra yang mungkin bisa disebut sebagai end war of world (perang dunia terakhir) yang terjadi antara Umat Islam dan Yahudi yang menjadi pengikut dajal. Dan kita tahu bahwa dajal belum turun sampai saat ini.
Jadi, redaksi Yahudi dalam hadits ini jelas tidak bisa kita arahkan kepada orang-orang Yahudi yang ada di Israel saat ini. Apa yang menjadi kesimpulan penulis ini sama persis dengan apa yang disampaikan oleh salah satu ulama Suriah yang bernama Said Hawwa dalam kitabnya, al-Asas fi as-Sunnah wa Fiqhiha.
Hadits Kedua
Dalam hadits ini, Rasulullah menjelaskan bahwa akan terjadi enam hal sebelum hari kiamat, salah satunya adalah dibebaskannya al-Quds atau Palestina. Para ulama mengakui bahwa terbebasnya al-Quds merupakan salah satu tanda hari kiamat karena hadis ini secara eksplisit memang menjelaskan demikian. Akan tetapi, mereka mengategorikan hal tersebut sebagai tanda-tanda kiamat sughra.
Dalam kitab al-Isya’ah fi Asyrath as-Sa’ah misalnya, al-Barzanji memasukkan pembebasan al-Quds dalam kategori al-Amarah al-Ba’idah (tanda-tanda yang jauh). Yakni, tanda-tanda kiamat yang bahkan sebagiannya sudah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw..
Apabila menilik sejarah, kita tahu bahwa sejak Islam muncul, al-Quds sudah pernah dibebaskan sebanyak dua kali. Pembebasan pertama terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 16 H. Pembebasan kedua terjadi pada masa kekuasaan Salahuddin al-Ayyubi tahun 583 H atau bertepatan pada tahun 1187 M. Meski demikian, toh, tidak terjadi kiamat dua kali.
Dari semua keterangan yang telah penulis paparkan, kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa kekhawatiran bahwa jika Palestina merdeka akan terjadi kiamat tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Setelah dipahami, baik hadits pertama maupun kedua tidak ada satu pun yang mengarah pada kekhawatiran tersebut.
Memang, harus diakui, pembebasan al-Quds atau Palestina merupakan salah satu tanda kiamat. Namun, hal tersebut merupakan Asyrath as-Sa’ah as-Sughra (tanda-tanda kiamat kecil) dan bukan merupakan Asyrath as-Sa’ah al-Kubra (tanda-tanda kiamat besar). Dengan begitu, sekali lagi, kekhawatiran akan adanya kiamat apabila Palestina merdeka jelas sebuah kekhawatiran yang tidak berdasar.
Akhir kata, penulis berharap, tulisan ini dapat memberi pencerahan kepada para pembaca bahwa kekhawatiran mereka selama ini adalah kekhawatiran yang tak berdasar. Dengan begitu, mereka dapat mendukung kemerdekaan saudara kita di Palestina dengan lebih semangat lagi dan tanpa keraguan sedikit pun.
Toh, seandainya memang benar jika Palestina merdeka, maka kiamat akan terjadi (walaupun nyatanya tidak), kita seharusnya tetap tidak ragu untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Sebab, apa yang terjadi pada saudara kita di Palestina sekarang ini bukan hanya tragedi keagamaan, melainkan sudah menjadi tragedi kemanusiaan. Kewajiban membela Palestina adalah kewajiban kemanusiaan bahkan sebelum menjadi kewajiban agama.
Semoga Allah memberi kekuatan kepada semua saudara kita di Palestina dan memberi mereka kebebasan dari kekejian yang dilakukan oleh Israel. Amin.
M. Jauharil Ma'arif Annur
M Jauharil Ma'arif Annur
Alumni Ponpes Lirboyo Kediri, Darul Huda Mayak, dan Minhajuth Thullab Lampung. Sedang mengenyam pendidikan S1 di Al-Azhar University jurusan Syari'ah Islamiyyah. Berdomisili di Kairo, Mesir.