Kegiatan peringatan maulid Nabi biasanya diisi dengan sejumlah amal ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam, di antaranya adalah pembacaan shalawat Nabi, silaturahim, sedekah, dan sebagainya. Merayakan maulid Nabi bisa memberikan dampak positif dan keberkahan bagi umat Islam yang mengamalkannya.
Di antara orang yang merasakan keberkahannya itu adalah seorang pemuda di zaman Khalifah Malik bin Marwan. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam kitab I‘anatut Thalibin (Kairo, Mustafal Babil Halabi: 1356 H), juz III, halaman 365.
***
Alkisah, pada zaman khalifah Malik bin Marwan, ada seorang pemuda warga Syam yang tampan dan punya hobi menunggang kuda. Suatu hari, saat pemuda itu sedang memacu kuda, tiba-tiba kudanya itu menjadi liar tak terkendali.
Kudanya terus berlari dengan kencang hingga membawanya masuk ke sebuah lorong kota Syam. Tidak hanya itu, kuda tersebut kemudian menabrak gerbang istana dan menabrak anak khalifah yang kebetulan sedang berada di sana.
Tragedi ini sekaligus menjadi musibah besar bagi khalifah sebab anaknya meninggal dunia tidak lama setelah ditabrak kuda tersebut. Berita itu akhirnya sampai ke telinga khalifah, ia langsung memerintahkan agar pemuda tersebut di tangkap dan diseret ke hadapanya.
Ketika pemuda itu digelandang untuk menghadap khalifah, ia berkata dalam hatinya:
"Jika Allah menyelamatkanku dari tragedi ini, aku akan membuat acara besar-besaran dan minta dibacakan Maulid Nabi di acara tersebut," gumamnya bernadzar.
Saat pemuda tersebut sampai di singgasana khalifah, pemuda itu terus dipandang dengan teliti oleh sang khalifah. Tidak lama kemudian khalifah malah tertawa padahal sebelumnya día sangat marah pada pemuda itu. Mungkin khalifah sadar bahwa menghukum pemuda itu tidak akan mengembalikan anaknya yang telah meninggal sehingga lebih baik dia memaafkan pemuda tersebut.
“Wahai pemuda, apakah kamu pandai ilmu sihir?” tanya khalifah sedikit bingung karena emosinya berubah secara drastis.
“Tidak, demi Allah, wahai Amirul Mu'minin,” jawab pemuda itu.
“Aku telah memaafkanmu. Tapi katakan padaku, apa yang kamu katakan dalam hatimu?” khalifah kembali bertanya.
Pemuda itu kemudian menjawab pertanyaan khalifah dengan jujur.
“Jika Allah menyelamatkanku dari kejadian ini, maka aku akan membuat walimah dan meminta dibacakan Maulid Nabi,” jawab si pemuda.
“Aku telah memaafkanmu. Ini ada uang seribu dinar untuk acara perayaan Maulid Nabi, kamu telah terbebas dari darah anakku,” ucap khalifah sambil menyerahkan uang kepada pemuda itu.
Pemuda itu kemudian keluar dari istana khalifah dengan selamat. Dia terbebas dari hukuman qishas (bunuh) bahkan mendapatkan seribu dinar karena berkah dari niatnya yang akan merayakan Maulid Nabi. Setelah sampai rumah, dia memanggil semua saudara, sahabat, dan kerabat, serta sejumlah undangan untuk membacakan Maulid Nabi.
Kisah ini menjadi gambaran bahwa merayakan Maulid Nabi bisa mendatangkan keberkahan, keselamatan, dan syafaat Rasulullah. Sebagaimana diketahui, Rasulullah akan memberikan syafaat kepada umatnya, apalagi bagi orang yang membaca shalawat kepadanya. Syafaat tersebut tidak hanya diberikan di akhirat tapi juga di dunia, seperti yang didapatkan oleh pemuda tersebut. Wallahu a'lam.