Di kejauhan suara ledakan itu terdengar samar-samar. Bunyi itu juga sampai juga di telinga Mohammad Hatem. Namun, pria berusia 19 tahun seolah tak mengacuhkannya.
Di sebuah bagian rumah yang tak utuh lagi dan penuh dengan reruntuhan, dia terus melakukan berbagai gerakan untuk membangun otot-otot tubuhnya.
Tempat itu tidaklah ideal. Atap rumahnya saja sudah koyak. Reruntuhan pun terlihat di mana-mana. Namun, bagi Hatem, tempat itu layaknya gym tempat yang sangat membuatnya betah hingga berjam-jam.
Dia membangun gym sederhana itu. Peralatan gym-nya pun apa adanya. Latihan beban yang dilakukannya dengan mengisi tas ransel dengan barang-barang yang ada di dekatnya, termasuk dengan reruntuhan batu bata. Dengan peralatan yang ada, di melatih otot-otot di tubuhnya.
“Sejak Israel menyerang, impian untuk membangun tubuh yang kuat menjadi tidak mudah,” katanya. “Namun saya bertekad untuk terus maju, menggunakan apa yang ada untuk menggantikan alat-alat seperti di gym.”
Membentuk tubuhnya yang berotot telah menjadi obsesinya sejak empat tahun lalu. Orang tuanya pun mendukung. Jadilah dia teramat bersemangat. Dia pun menjadi sering keluar masuk gym untuk membentuk otot-otot di tubuhnya.
Mimpi mahasiswa administrasi bisnis tersebut adalah memiliki tubuh seperti idolanya, Chris Bumstead. Binaragawan dengan julukan Cbum ini memang hebat. Sebelum mundur, pria asal Kanada itu merupakan pemenang Mr Olympia Classic Physique, enam kali berturut-turut. "Bumstead adalah panutan dan inspirasi. Saya berharap suatu hari nanti bisa juga seperti dia," katanya.
Namun yang terjadi kemudian, pasukan Israel datang dengan bom-bom yang ditebarkan di Gaza. Hatem mengingatnya sebagai hari yang mengerikan dalam hidupnya. Pada 14 Oktober 2023, bom Israel berjatuhan di sekitar rumah orang tua. “Saat itu, kami pesimistis bisa selamat,” katanya.
Bersama penduduk lainnya, mereka pun mengungsi. Ketika dirasakan aman, mereka sempat kembali. Namun, yang terjadi rumahnya telah rata dengan tanah.
“Rasanya dunia telah kiamat dan peluang kami untuk kembali ke kehidupan normal telah sirna. Kami berharap dapat menyelamatkan apa pun dari rumah kami, tetapi semuanya hilang,” katanya.
Walhasil, Hatem dan keluarga terus berpindah-pindah dari berbagai kamp pengungsian. Akibatnya pun langsung terasa. Mimpinya menjadi binaragawan benar-benar terganggu. Dia hanya memiliki waktu berlatih selama setengah jam. Padahal sebelumnya, dia bisa berlatih selama tiga jam.
Selain itu, sulitnya makanan membuat berat badannya menyusut drastis. Dia kehilangan sekitar lima kilogram menjadi 53 kilogram. Ototnya pun kendor akibat tak lagi berlatih secara rutin.
Namun dia sadar, bila semua berlalu mimpinya pun bisa tersapu. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk membuat gym sendiri. Reruntuhan bangunan milik sang nenek adalah “studio”-nya.
"Saya mencoba melarikan diri dari kenyataan yang menakutkan saat berolahraga," katanya kepada Al Jazeera. "Ketika saya berlatih, saya seperti berada jauh dari Gaza.”
Selain sibuk berlatih, Hatem pun kemudian membuat akun Instagram pada April lalu. Namanya, “Gym Rat in Gaza”. Gym rat sendiri merupakan istilah bagi mereka yang terobsesi untuk membentuk otot-otot tubuhnya. Layaknya seekor tikus di dalam gym, sehari-hari dia pun bergumul dengan peralatan itu.
Dengan perangkat media yang ada, yakni ponsel dan stand kecil dia mulai membuat konten. Tidaklah mudah. Masalahnya, jaringan internet di sana kerap kali mati. Itulah yang membuat proses mengunggah video menjadi membosankan. Toh begitu, Hatem terus membagikan kisahnya.
Usahanya pun mulai menuai hasil. Dia berhasil mengunggah video-video tentang usahanya membangun tubuh dengan peralatan seadanya. Sekitar 130 video itu kemudian menarik hati orang untuk mengikuti akunnya. Kini, tercatat sekitar 183 ribu menjadi pengikutnya.
Mereka yang berasal dari Amerika Serikat, Pakistan, India, Yordania, Oman, dan Uni Emirat Arab umumnya mengagumi keinginannya yang kuat untuk binaraga. Beberapa videonya telah ditonton jutaan kali.
Meskipun klip video tersebut berfokus pada rutinitas hariannya untuk menjaga bentuk fisiknya di kamar sempit namun menurutnya tujuan pembuatan akun Instagram tersebut bukanlah untuk kepentingan pribadi. Dia bercerita tentang hal-hal besar yang hanya terjadi di tempat yang diamuk kecamuk perang.
Dalam satu videonya dia menceritakan tentang kesulitan warga di sana untuk mendapatkan makanan. “Ini adalah pesan kemanusiaan terkait genosida yang terjadi pada kami,” kata Hatem.
Hatem memang luar biasa. Dalam keterbatasannya dia tetap bisa memelihara semangat dalam mewujudkan mimpinya. Reruntuhan batu bata dan tabung air yang dia jadikan pengganti beban adalah buktinya.
“Saya ingin orang-orang tahu apa yang sedang kami alami. Namun, ini lebih dari sekadar penderitaan kami – ini tentang menemukan kekuatan untuk hidup,” katanya.
Irfan Budiman
Mantan wartawan dan penulis lepas di sejumlah media.