Setiap titimangsa 22 Oktober menjadi hari yang membahagiakan bagi kaum santri di Indonesia. Bukan tanpa alasan mengapa kaum santri di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini merasakan kebahagiaan sekaligus bangga. Jamak diketahui tanggal 22 Oktober secara resmi telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN) dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo. Melalui Keputusan Presiden tersebut, HSN setiap tahun selalu diperingati oleh kaum santri yang utamanya berbasis pesantren di seluruh Nusantara.
Selama menjabat sebagai kepala negara (2014-2024), Jokowi telah menunjukkan komitmennya kepada kaum santri dan pesantren. Ia menyadari sepenuhnya bahwa kaum santri memiliki peran dan kontribusi nyata secara historis dalam terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan pesantren telah lama berdiri jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan dari kolonialisme bangsa lain, kaum santri sampai hari ini pun tetap istikamah berkhidmat untuk memajukan negeri melalui proses pembangunan nasional berkelanjutan dan berkeadilan. Para santri terus berkiprah di semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Peringatan Hari Santri Nasional 2024 ini merupakan HSN ke-10. HSN tahun ini mengusung tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.” Peringatan HSN ke-10 ini tentu saja menjadi terasa spesial karena kita sebagai bangsa Indonesia memiliki presiden ke-8 yang baru saja dilantik oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 20 Oktober lalu, yakni Presiden Prabowo Subianto. Presiden yang dipilih oleh rakyat bangsa Indonesia melalui kompetisi elektoral (pemilu) terbesar di dunia. Prabowo Subianto akan menahkodai ‘kapal besar’ Republik Indonesia selama 5 tahun ke depan. Kita pun menyadari sepenuhnya bahwa setiap kepemimpinan baru selalu menghadirkan harapan-harapan baru bagi rakyat.
Pada momentum peringatan HSN 2024 ini, Prabowo Subianto memberikan amanatnya. Presiden berkomitmen untuk memerhatikan kaum santri dan pesantren. Dalam amanatnya, ia menyampaikan bahwa pemerintah akan mewujudkan Dana Abadi Pesantren dan memberikan makan siang bergizi gratis bagi para santri se-tanah air. Kita pun mengetahui persis bahwa apa yang disampaikannya merupakan beberapa program unggulan yang ditawarkan semasa kampanye pemilu presiden 2024 lalu.
Tentu saja kalangan santri dan pesantren menyambut gembira atas kebijakan dan program pemerintah yang memberikan keberpihakan kepada kaum santri dan pesantren di Indonesia. Tidak dapat dimungkiri, bagaimanapun kaum santri merupakan salah satu kekuatan penting dalam menopang republik ini. Visi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, tentu saja menuntut peran dan kontribusi nyata dari seluruh anak bangsa, tidak terkecuali kaum santri dan pesantren.
Sekadar untuk diketahui, menurut data dari Kementerian Agama 2022, jumlah pondok pesantren di Indonesia sebanyak 36.600. Jumlah yang fantastis dan tentu saja masih potensial untuk bertambah.
Bukan sekadar kata
Abad XXI memunculkan banyak tantangan dan masalah yang harus dihadapi. Para santri dan dunia pesantren juga dituntut untuk memiliki cara penyikapan yang memadai dan relevan dalam menghadapi tantangan-tantangan abad ke-21. Seiring dengan transformasi dan akselerasi teknologi yang bergerak dan berubah cepat, kaum santri dituntut untuk dapat bersikap dan bertindak responsif, adaptif, kreatif, dan inovatif tanpa meninggalkan dan menanggalkan identitas karakter dirinya.
Seyogyanya, santri sejatinya bukan sekadar sebuah kata. Santri merupakan akronim yang memiliki arti dan makna penting sebagai cerminan dari karakter atau sifat yang melekat dalam diri santri. Apa yang dapat dimaknai dari kata santri? Pertama, huruf ‘S’ dapat diartikan santun. Santri merupakan pribadi-pribadi yang santun. Seorang santri akan selalu menampilkan kepribadian yang santun dalam kehidupannya. Di pondok pesantren, para santri dididik untuk bertutur, bersikap, dan bertindak secara santun. Santri sejati tidak akan pernah menggaungkan narasi-narasi kebencian, permusuhan, dan melakukan hal-hal buruk lainnya yang dapat merusak kehidupan sosial dan kebangsaan.
Kedua, huruf ‘A’ berarti amanah. Santri merupakan pribadi yang senantiasa mencerminkan pribadi yang amanah dalam segala hal. Dengan kata lain, santri menjadi pribadi yang selalu berani mengambil tanggung jawab dalam kehidupannya. Tatkala menjadi seorang pemimpin di lingkungannya, ia akan senantiasa bertindak amanah penuh tanggung jawab apa pun risiko yang dihadapinya.
Ketiga, huruf ‘N’ berarti nasionalis. Santri sebagai warga bangsa dan warga negara menampilkan pribadi yang memiliki spirit nasionalisme yang tinggi. Ia rela berkorban demi bangsanya. Baginya, kecintaan kepada negeri merupakan wujud keberimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Keberlangsungan hidup bangsanya menjadi dasar untuk selalu berjuang demi kedaulatan bangsa dan negaranya.
Keempat, huruf ‘T’ berarti tangguh. Santri merupakan pribadi yang memiliki mental dan jiwa yang tangguh sekaligus terampil dalam banyak hal. Santri tidak pernah diajarkan dan dididik untuk menjadi pribadi yang lemah, mudah berputus asa, dan gampang menyerah. Dengan karakter ini, santri menjadi pribadi yang aktif dan mandiri.
Kelima, huruf ‘R’ berarti rela. Santri merupakan pribadi yang selalu bersikap rela atas segala hal yang diberikan Tuhan. Seorang santri pantang untuk berkeluh kesah. Ia selalu berusaha sabar dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun.
Keenam, huruf ‘I’ berarti inklusif. Santri selalu berusaha mencerminkan pikiran, sifat dan sikap inklusif (terbuka). Bagi santri, sikap keterbukaan akan mendewasakan dirinya dalam menjalani kehidupan yang kompleks, penuh tantangan dan masalah. Sebaliknya, eksklusifisme pikiran, sifat, dan sikap hanya akan menjadikan seseorang tidak dapat bergerak maju dan mengalami stagnasi (kemandekan).
Dari jabaran kata santri tersebut, kita percaya bahwa kaum santri akan terus menjadi elemen penting yang mewarnai perjalanan kehidupan sosial dan kebangsaan kita. Kaum santri bukanlah pelengkap dan objek dalam proses pembangunan nasional berkelanjutan, namun mereka adalah subjek aktif yang terus mendedikasikan dirinya untuk bangsa dan negara. Untak Tanah Air Indonesia tercinta.
Multitasking, solutif
Tantangan dunia global semakin berat dan kompleks. Beragam isu atau masalah terus saja bermunculan bak derasnya ‘arus air sungai.’ Sebagai warga kampung dunia (global village), santri diharapkan mampu menjawab tantangan zamannya. Santri bukan sekadar memiliki kecerdasan dan keahlian dalam hal ilmu-ilmu keislaman, namun juga ilmu pengetahuan lainnya seperti sains dan teknologi. Oleh sebab itu, kaum santri sudah saatnya menyiapkan dirinya untuk memiliki “multitasking”, kemampuan untuk menyelesaikan lebih dari satu pekerjaan secara bersamaan. Kaum santri tidak bisa dipandang dan diposisikan hanya sebagai masyarakat pinggiran (marginalized society).
Kehidupan dunia saat ini menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan, kecakapan, dan kompetensi. Perihal ini pun berlaku bagi kaum santri. Dalam konteks menghadapi tantangan global itulah, kaum santri dituntut pula untuk memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Beberapa kompetensi dimaksud di antaranya ialah komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif.
Akhirnya, dengan keempat kompetensi tersebut, santri dapat berperan dan berkontribusi bagi kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Santri menjadi pelanjut peradaban dunia yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan ke-Indonesia-an. Santri harus mampu menyesuaikan dirinya dengan segala bentuk tantangan global dan menghadirkan solusi-solusi yang tepat.
Pendek kata, santri menjadi pencipta solusi, bukan pencipta masalah.
Hakim Syah
Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Palangka Raya. Wakil Ketua Lakpesdam PWNU Kalteng.