Dark
Light
Dark
Light

Pelajaran Terbaik Pengembangan Unit Usaha dari Universiti Utara Malaysia

Pelajaran Terbaik Pengembangan Unit Usaha dari Universiti Utara Malaysia

Arina.id ~ Pada umumnya kampus telah memperoleh pembiayaan pendidikan yang berasal dari uang kuliah tunggal atau UKT mahasiswa. Namun sebagai pusat pengkajian dan pengembangan keilmuan, kampus juga dituntut memiliki kemampuan mengembangkan unit usaha untuk mendukung kegiatan pendidikan dan riset. Hal ini penting mengingat kebutuhan biaya untuk menjadikan kampus sebagai pusat episentrum peradaban cukup besar, yang perlu didukung dari sayap bisnis lain yang menguntungkan.

Beberapa perguruan tinggi ternama di Amerika misalnya, seperti Harvard University, Massachusetts Institute of Technology, Rochester University, juga Bufallo University, telah memiliki sayap bisnis yang sangat mapan. Demikian juga perguruan tinggi di Jepang, Korea, Australia, maupun di negara-negara Eropa. Kebanyakan dari mereka memiliki unit komersial yang dikembangkan oleh pihak kampus. Jangkauan lini bisnisnya tidak jauh dari penyediaan keperluan masyarakat kampus, khususnya mahasiswa, mulai dari kebutuhan pribadi, sembako, hingga penunjang pendidikan di kelas.

Salah satu kampus di wilayah Asia Tenggara yang dapat dijadikan rujukan best practice dalam pengelolaan unit usaha adalah Universiti Utara Malaysia (UUM), Kedah, Malaysia. Kampus yang berdiri pada 15 Februari 1984 ini memiliki unit usaha yang cukup beragam dan dinamis. 

UUM dibangun di atas tanah seluas 1.061 hektar di Sintok, distrik Kubang Pasu, sekitar 48 km di utara Alor Setar dan 10 km sebelah timur Changlun, sebuah kota kecil yang berdekatan dengan perbatasan Malaysia-Thailand. Menariknya, kampus dengan slogan "The University in a Green Forest" ini menjadikan sebagian besar fasilitasnya terbuka untuk umum.

UMM telah cukup lama membangun dan mengembangkan beragam unit bisnis yang dapat memberikan sumbangan cash flow. Diantara model usahanya adalah hotel dan hostel (asrama mahasiswa) yang dibangun di lingkungan kampus. Meskipun hotel yang dikelola selevel hotel bintang tiga, namun tampak cukup baik jika dilihat dari jumlah tamu yang menginap. Kelebihan lain, hotel ini dibangun di area kampus yang fully forest (hutan), sehingga menjadi destinasi tamu-tamu kampus, maupun masyarakat umum. Jarak dari hotel ke kampus sekitar 10 menit perjalanan.

Untuk hostel (asrama mahasiswa) berdiri cukup banyak di beberapa bagian. Rerata bangunan berlantai empat, dengan setiap kamar menyediakan dua tempat tidur, ruang tamu, dan dapur. Hostel ini cukup layak untuk tinggal mahasiswa dengan berbayar yang masih terjangkau. Meskipun antara hostel dengan kolej (fakultas) lumayan berjarak, namun para penghuni dimudahkan dengan adanya bus-bus internal kampus yang siap melayani sejak pagi hingga pukul 00.00 setiap harinya. 

Ada satu pusat bisnis kampus UUM yang cukup menyita perhatian, yaitu pusat layanan bisnis terpadu yang juga berdiri di area kampus. Masyarakat kampus dengan mudah menjangkau mal untuk berbagai kepentingan, mulai belanja kebutuhan sehari-hari, pusat oleh-oleh khas tempatan (lokal), hingga keperluan pendidikan.

Mal terpadu tersebut diberi nama Varsity Mall. Laiknya mal sebagai pusat perdangangan, di dalam Varsity mall terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam, seperti penjual komputer dan alat elektronik, pakaian, digital printing, mini market, souvenir, hinggal kafe atau kedai yang dapat dijadikan tempat nongkrong mahasiswa. Satu usaha yang menyediakan keperluan mahasiswa yang tinggal di asrama adalah pusat laundry publik. Di sini setiap orang dapat mencuci baju secara mandiri dengan sejumlah ringgit yang relatif terjangkau.

Selain pengembangan bisnis mal, UUM juga menyiapkan pusat-pusat kebugaran, tempat olah raga seperti lapangan golf, futsal, sepak bola, basket, stadion dan lainnya. Pada setiap asrama yang ditempati mahasiswa asing maupun mahasiswa tempatan (asli Malaysia) yang datang dari jauh terdapat kantin yang bisa diakses oleh siapa pun. Dari sisi fasilitas kampus, UUM termasuk yang cukup peduli akan kesejahteraan mahasiswa dan warga kampus lainnya.

Apa yang telah dilakukan oleh UUM dalam pengembangan unit bisnis kampus bisa dicontoh oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), khususnya yang telah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Selama ini, PTKIN dinilai belum optimal mengembangkan pusat layanan bisnis sebagai pendukung pembiayaan pendidikan. Andai PTKIN mampu menyusun dan mengembangkan peluang bisnis ini, tentu dengan corak dan kemampuan usaha masing-masing, maka kampus lebih mandiri dari sisi keuangan yang tentunya akan berdampak pada kualitas kampus dan kesejahteraan warganya dengan tidak bergantung pada UKT. Satu peluang besar yang harus menjadi sumber kekuatan PTKIN adalah besarnya jumlah mahasiswa yang bisa menjadi pasar bisnis yang menjanjikan.

Dalam teori ekonomi, bahwa jumlah warga kampus yang besar merupakan pangsa kekuatan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat harga dalam suatu aktifitas bisnis tanpa  banyak pengaruh dari luar. Kekuatan pasar yang besar juga akan mampu menimbulkan ketergantugan konsumen terhadap permintaan produk yang tersedia. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah PTKIN bisa memanfaatkan peluang tersebut secara optimal? Semua terpulang kepada pimpinan masing-masing.


$data['detail']->authorKontri->kontri

Thobib Al Asyhar
Dosen Psikologi Sufistik SKSG Universitas Indonesia, Direktur GTK Madrasah Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Home 2 Banner

Edukasi Lainnya

Home 1 Banner