Arina.id -- Tingkat partisipasi pemilih dalam kontestasi Pilkada Jakarta 2024 dinilai mengalami penurunan, atau lebih rendah jika dibandingkan saat Pipres 2024. Hal tersebut dinyatakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri, meski secara detail baru bisa diketahui saat rekapitulasi suara selesai.
"Pantauan sementara, partisipasi pemilih di bawah partisipasi saat pemilihan presiden dan pemilihan legislatif kemarin," ucap Astri Megatari selaku Ketua Divisi Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat KPU Jakarta, dikutip dari Tempo, Kamis (28/11/2024).
Astri menyebut bahwa pihak KPU sejatinya sudah berusaha mengajak warga Jakarta untuk aktif berpartisipasi di Pilgub 2024, datang ke TPS untuk menggunakan hak pilih mereka. Selepas ini agaknya KPU Jakarta perlu melakukan evaluasi terhadap program sosialisasi mereka.
"Informasi pelaksanaan pilkada sudah kami sampaikan jauh-jauh hari, mulai awal tahapan dan sosialisasi. Hasilnya lebih rendah, sehingga kami perlu mengkajinya," jelas Astri.
Hal senada diutarakan Wahyu Dinata selaku Ketua KPU Jakarta. Tingkat partisipasi pemilih di Pilkada 2024 memang cenderung lebih rendah ketimbang ketika Pilpres 2024. Kondisi serupa juga disinyalir terjadi di daerah lain.
"Apakah memang disebabkan karena program-program kami yang kurang baik di masyarakat atau memang ada kondisi tertentu," imbuh Wahyu.
Jika mengacu data lembaga survei Charta Politika, masyarakat yang menggunakan hak pilihnya di Pilkada Jakarta 2024 hanya berkisar 58 persen. Artinya ada 42 persen masyarakat yang memilih abstain atau golput.
Tingginya fenome golput di Pilkada Jakarta 2024 turut disorot oleh Asep Hasan Sadikin, selaku Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Asep menilai bahwa tingginya tingkat golput di Pilkada Jakarta 2024, salah satunya disebabkan ketidaksesuaian aspirasi masyarakat dengan calon yang dimunculkan partai politik.
“Jadi calon-calon yang ada sekarang itu lebih kepada keinginannya elite (partai),” ucap Asep.
Jelang tahun Pilkada 2024, sejatinya ada 2 nama besar yang memiliki elektabilitas tinggi di Jakarta, jika mengacu hasil lembaga survei. Mereka adalah Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun sayang sekali keduanya tidak diajukan oleh partai politik.