Surabaya, Arina.id
Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta, Prof Al Makin mengatakan relasi agama, budaya, dan kesukuan adalah modal persatuan bangsa untuk selalu dijaga.
Cara untuk mempersatukan tersebut adalah para dengan terbuka terhadap ritual masing-masing.
"Mau mengerti dan saling belajar, agar tidak mudah dimanipulasi dan diadu domba, sehingga kemungkinan potensi konflik diubah menjadi kekuatan besar dengan beragam kelebihannya," ujar Prof Al Makin pada hari pertama Workshop Interaktif Live In bagi Tokoh Agamawan muda se-Kota Surabaya, Jumat (28/7/2023).
Workshop tersebut digelar oleh Dialog Center UIN Suka Yogyakarta bekerjasama dengan MCC US. Workshop bertema Agama sebagai sumber Kedamaian diikuti tokoh tokoh muda agamawan berlangsung hingga Ahad (30/7/2023)..
Perwakilan Dialog Center UIN Sunan Kalijaga, Zaenudin memaparkan bahwa Surabaya sebagai Kota Pahlawan jangan sampai ada bibit radikalisme ataupun perpecahan.
"Workshop ini mengawali dan menguatkan adanya agen-agen perubahan yang membawa perdamaian bagi semua agama sekarang dan seterusnya, sehingga tindak lanjut workshop ini diharapkan benar-benar bisa dilanjutkan untuk kemaslahatan umat," kata Zaenudin.
Zaenudin juga menyampaikan bahwa sesi awal kegiatan ini diisi perkenalan, penyampaian harapan, dan juga seminar agama-agama, kemudian FGD terkait ritual tiap-tiap agama agar saling menghormati dan memahami.
"Memahami praktik ibadah masing-masing sangat penting untuk memperkuat toleransi," papar Zaenudin.
Diskusi inventarisasi masalah ataupun isu agama di Surabaya juga dilakukan di hari kedua. Permasalahan itu dipandu Dialog Center dan dipresentasikan peserta dalam pleno sesi yang ada. Diakhiri di hari ketiga dengan rencana tindak lanjut (RTL) dalam bentuk forum dan kegiatan sendiri dengan diberikan stimulan anggaran ataupun program dan kebijakan dari tim dialog center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mitra seperti Kesbangpol, FKUB dan lainnya bisa diajak bersinergi dalam program yang akan direalisasikan.
"Sekitar bulan September akan ada monitoring terkait sustainability forum dan programnya. Banyak contoh lain di beberapa kota yang punya karya seperti kepenulisan 'pengalaman bersahabat dengan agama lain', dan banyak program lainnya yang bisa ditiru dan dikembangkan oleh forum alumni di Surabaya yang berjalan," ungkapnya.
Misbahul Munir, Plt Kepala Kemenag Kota Surabaya mengatakan berbicara agama sebenarnya bicara tentang kita sendiri. "Tokoh muda harus mau bicara dan mengerti kondisi diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya demi masa depan Indonesia," kata Misbah.
Workshop ini, kata dia, senada dengan gerakan Moderasi Beragama yang digaungkan Pemerintah. "Bahwa agama apa pun harus memberi ruang untuk beribadah melakukan amaliah bagi agama ataupun keyakinan yang lain. Perbedaan harus jadi modal kuat jika kita saling menghormati dan menghargai. Taman semakin indah jika penuh warna, mari kita jaga bersama sebagai kekuatan bangsa," ia mengibaratkan.
Sementara itu perwakilan MCC US menegaskan, "Agama memiliki potensi konflik tetapi agama juga lebih banyak potensi membawa perdamaian dan mencegah kekerasan tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia."
Keynote speaker pada kegiatan ini adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin, sementara pemateri yang dihadirkan dari perwakilan tiap-tiap agamawan seperti dari Islam ada Mochammad Sinung Restendy, dari Kristen Pendeta Andri Purnawan, Katolik ada Romo Timotius Siga, Hindu ada Pinandita I Wayan Suraba, dari Budha Romo Irwan Pontoh, serta dari Khonghucu ada Ws. Liem Tiong Yang.
Mewakili panitia lokal, Muflihatul Khoiro menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dialog Center UIN Sunan Kalijaga yang telah mendukung dan menginisiasi kegiatan ini. Peserta yang hadir proporsional, baik dari laki laki dan perempuan, juga perwakilan dari masing masing agama.
"Sosialisasi dan berinteraksi dengan sesama tanpa memandang apapun selain kemanusiaan dan cinta sangat penting untuk dibiasakan agar mencegah konflik," tutur Muflihatul.