Jakarta, Arina.id — Kejutan hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 kembali terulang. Tak tanggung-tanggung, kabar tak terduga itu datang dari Kota Depok, Jawa Barat. Dominasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang bertahan selama hampir dua dekade harus runtuh.
Berdasarkan hasil hitung cepat VoxPol, pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi A Rafiq yang diusung PKS dan Golkar kalah tipis dari pasangan Supian Suri-Chandra Rahmansyah.
Pasangan yang diusung PKS dan Golkar ini meraih perolehan suara 46,81 persen sementara rivalnya memperoleh 53,19 persen suara dari total suara masuk 100 persen per Rabu (27/11/2024).
Kekalahan ini menandai berakhirnya masa panjang “kekhalifahan” PKS di Kota Depok yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu basis terkuat partai tersebut. Selama bertahun-tahun, PKS berhasil menang dalam Pilkada namun di bawah tekanan perubahan politik dan kekecewaan masyarakat, dominasi ini mulai melemah.
Pasangan Supian Suri-Chandra Rahmansyah diusung oleh 12 partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan Depok Maju, termasuk Gerindra, PDIP, PKB, Demokrat, PPP, NasDem, dan PAN. Keberhasilan koalisi ini mencatatkan sejarah baru di Kota Depok, sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat akan perubahan nyata.
Supian Suri, seorang birokrat berpengalaman dan mantan Sekretaris Daerah Kota Depok, menjadi sosok kunci dalam kemenangan ini. Ia memutuskan maju sebagai calon wali kota setelah merasa geram melihat ketertinggalan Kota Depok dalam berbagai aspek. Dalam beberapa kesempatan, Supian mengkritik pendekatan eksklusif yang dianggap menghambat kemajuan kota. Dengan pengalaman 25 tahun di pemerintahan, ia berkomitmen membawa perubahan yang lebih inklusif dan progresif.
Chandra Rahmansyah, pasangan Supian, berasal dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan memiliki latar belakang sebagai pengusaha serta tim ahli pemerintahan. Dengan perpaduan pengalaman birokrasi Supian dan jaringan politik Chandra, pasangan ini berhasil meraih dukungan luas dari masyarakat Depok yang menginginkan pembaruan dalam tata kelola pemerintahan.
PKS selama ini dikenal sebagai partai dengan basis massa yang kuat di Depok, mengandalkan identitas agama sebagai strategi utama untuk menarik simpati pemilih. Partai ini juga berupaya memperluas pengaruhnya dengan bertransformasi menjadi partai yang lebih terbuka. Namun, pola ini dinilai tidak cukup untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin kritis terhadap hasil nyata dari kepemimpinan selama ini.
Kemenangan Supian-Chandra menandakan adanya pergeseran besar dalam lanskap politik Kota Depok. Masyarakat tampaknya mulai mengutamakan perubahan yang nyata dibandingkan sekadar loyalitas terhadap partai tertentu. Hal ini juga menunjukkan bahwa koalisi besar, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi kekuatan yang efektif untuk menantang dominasi politik yang telah mengakar.
Dengan berakhirnya hegemoni PKS, tantangan baru kini menanti pasangan Supian-Chandra. Mereka harus membuktikan bahwa visi dan misi perubahan yang mereka bawa tidak hanya sekadar janji politik, tetapi juga dapat diwujudkan menjadi realitas yang dirasakan oleh seluruh masyarakat Depok.